Jumat, 26 April 2013
0
komentar
Latar Belakang Masalah
Kewajiban
negara dalam rangka menjaga kelangsungan kedaulatan negara (pemerintah) dan
meningkatkan kemakmuran masyarakat, mencakup: mempersiapkan, memelihara, dan
melaksanakan keamanan negara, menyediakan dan memelihara fasilitas untuk
kesejahteraan sosial dan perlindungan sosial, termasuk fakir miskin, jompo,
yatim piatu, masyarakat miskin, pengangguran, menyediakan dan memelihara
fasilitas kesehatan, menyediakan dan memelihara fasilitas pendidikan.
Sebagai
konsekuensi pelaksanaan kewajibannya, pemerintah perlu dana yang memadai,
dianggarkan melalui APBN/APBD, dan pada saatnya harus dikeluarkan melalui Kas
Negara/Kas Daerah.
Dalam
APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi Pengeluaran untuk Belanja
dan Pengeluaran untuk Pembiayaan. Pengeluaran untuk belanja terdiri dari:
Belanja Pemerintah Pusat seperti Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja
Modal, Pembayaran Bunga Utang, Subsidi, Belanja Hibah, Bantuan Sosial, Belanja
Lain-lain, dan Dana yang dialokasikan ke Daerah seperti Dana Perimbangan, Dana
Otonomi Khusus dan Penyesuaian. Sedangkan Pengeluaran untu Pembiayaan tediri
dari Pengeluaran untuk Obligasi Pemerintah, Pembayaran Pokok Pinjaman Luar
Negeri, dan Pembiayaan lain-lain.
Adapun
jenis-jenis Pengeluaran Negara menurut sifatnya terdiri dari Pengeluaran
Investasi, Pengeluaran Penciptaan Lapangan Kerja, Pengeluaran Kesejahteraan,
Pengeluaran untuk Penghematan Masa Depan, dan Pengularan Lainnya. Pengeluaran
Investasi merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk menambah kekuatan dan
ketahanan ekonomi di masa datang, misalnya, pengeluaran untuk pembangunan jalan
tol, pelabuhan, bandara, satelit, peningkatan kapasitas SDM, dll. Pengeluaran
Penciptaan Lapangan Kerja merupakan pengeluaran untuk menciptakan lapangan
kerja, serta memicu peningkatan kegiatan perekonomian masyarakat. Pengeluaran
Kesejahteraan Rakyat merupakan pengeluaran yang mempunyai pengaruh langsung
terhadap kesejahteraan masyarakat, atau pengeluaran yang dan membuat masyarakat
menjadi bergembira, misalnya pengeluaran untuk pembangunan tempat rekreasi,
subsidi, bantuan langsung tunai, bantuan korban bencana. Sedangkan Pengeluaran
Untuk Masa Depan merupakan pengeluaran yang tidak memberikan manfaat langsung
bagi negara, namun bila dikeluarkan saat ini akan mengurangi pengeluaran
pemerintah yang lebih besar di masa yang akan datang, pengeluaran untuk
kesehatan dan pendidikan masyarakat, dan pengeluaran untuk anak-anak yatim.
Sedangkan Pengeluaran Lain-lain merupakan pengeluaran tidak produktif yang
tidak memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat, namun diperlukan
oleh pemerintah, misalnya pengeluaran untuk biaya perang.
PEMBAHASAN
Penelitian Arthur Goldsmith (2008)
Arthur
Goldsmith. (2008), menyatakan bahwa peningkatan belanja pemerintah dapat
memperluas permintaan agregat dalam jangka pendek tetapi juga dapat
meningkatkan tingkat suku bunga sehingga akan menurunkan investasi swasta dalam
jangka panjang. Belanja pemerintah dibagi menjadi dua komponen: konsumsi
masyarakat dan investasi publik. Efek jangka pendek dari peningkatan belanja
pemerintah adalah sama untuk kedua komponen tetapi berbeda untuk efek jangka
panjang.
Belanja
sektor publik dapat diklasifikasikan berdasar produktivitas. Membedakan antara
pengeluaran pemerintah yang mempengaruhi produktivitas dan untuk konsumsi
penting untuk dipahami sebagai konsekuensi intervensi fiskal melalui perubahan
dalam pengeluaran pemerintah. Dampak pengeluaran pemerintah dalam jangka
panjang terhadap kinerja agregat ekonomi tergantung pada kinerja pemerintah.
Dalam jangka pendek belanja pemerintah akan memperluas permintaan agregat
tetapi peningkatan belanja pemerintah atas biaya dana pinjaman, akan
menyempitkan beberapa investasi swasta dan menghambat pertumbuhan permintaan
agregat.
Crowding
Out akhirnya dapat menurunkan stok modal swasta, dan pada gilirannya, dalam
jangka panjang akan menurunkan produktivitas sehingga akan mengurangi output
dan kapasitas produksi. Oleh karena itu diperlukan treatment ketidakseimbangan
kebijakan fiskal dalam bentuk pengeluaran pemerintah yang memisahkan kedalam
pengeluaran untuk konsumsi dan investasi.
Pemerintah
dapat meningkatkan pertumbuhan dengan mengubah komposisi pengeluaran kedalam
kegiatan berbasis produktivitas, tanpa mengubah tingkat pengeluaran atau pajak
penghasilan. Pendekatan pasar modal dan obligasi digunakan untuk menggambarkan
pengeluaran pemerintah (kebijakan moneter), selain dengan kebijakan fiskal
(pada pasar barang).
Di
pasar modal, terdapat orang yang memiliki dana dan orang meminjam untuk
investasi. Ekspektasi keuntungan (ψe) akan meningkatkan investasi sektor swasta
(IP). Produktivitas tergantung pada modal swasta (KP) dan modal publik atau
pemerintah (KG). Tabungan oleh rumah tangga dan perusahaan (SP), tabungan oleh
pemerintah (SG) sehingga S = SP + SG, SG = T – G, dengan T = Pendapatan pajak
dan G = belanja pemerintah.
Model
penawaran dan permintaan Agregat digunakan untuk menentukan output riil (Y) dan
harga (P). Dengan memahami AD = AD(C,IP, GC, GI), tingkat permintaan agregat
ditentukan oleh belanja konsumsi rumah tangga (C), belanja investasi sektor
swasta (IP), dan belanja pemerintah (G) yang dipisah menjadi belanja konsumsi
(GC) dan belanja investasi (GI).
Kurva
penawaran barang agregat jangka panjang (AS) menunjukkan hubungan antara
tingkat harga agregat dan output agregat yang didukung oleh semua faktor (KP)
dan (KG). Pengeluaran investasi pemerintah untuk modal publik juga akan
meningkatkan penawaran agregat, dengan dengan kata lain;
IGÞKGÞψeÞIPÞKPÞAS dan AS = AS(KP, KG, dimana KP = KP (IP), dan IP =
IP[ψe(KG)], serta KG= KG(GI).
Pertumbuhan
produktivitas merupakan kunci penentu peningkatan standar hidup. Jika pengambil
kebijakan ingin mendorong pertumbuhan standar hidup, maka harus bertujuan
meningkatkan kemampuan produksi nasional dengan mendorong lebih cepat akumulasi
faktor produksi. Dalam jangka panjang, implikasi belanja publik sebagai salah
satu bentuk kebijakan fiskal dapat mempengaruhi kinerja perekonomian jangka
panjang (dikutip dari Arthur Goldsmith, Rethinking The Relation Between
Government Spending and Economic Growth : A Composition Approach to Fiscal
Policy instruction for Principle Students. Journal of Economics Education,
Spring 2008)
Penelitian Erdal Karago and Kerim Ozdemir (2006)
Erdal
Karago and Kerim Ozdemir (2006) menyatakan bahwa banyak investigasi dan
penelitian tentang hubungan pengeluaran pemerintah dan investasi swasta telah
dilakukan dan di publikasikan. Ada beberapa hasil penelitian yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga. Pertama yang menyatakan bahwa tingginya pengeluaran
pemerintah akan menyingkirkan investasi swasta (efek dari crowding out). Kedua
menjelaskan hubungan antara ukuran disaggregate pengeluaran pemerintah dan
investasi swasta menggunakan analisis disagregate. Ketiga menyatakan
peningkatan pengeluaran pemerintah akan menarik keluar investasi swasta.
Erdal
Karago and Kerim Ozdemir (2006) menggunakan metode estimasi maksimum (Johansen
& Juselius, 1990) untuk menguji cointegration. Mempertimbangkan VAR dan
corresponding VECM,
Dimana
X = investasi swasta (PI), GE = pengeluaran pemerintah, dan Y = GDP Riil. Berdasarkan
data di Turki periode 1967-2001, semua variabel ditransformasi ke log seperti
LPI< LGE dan LY. Data GDP diperoleh dari State Planning Organisation,
Economic and Social Indicators: 1950-2000. Deflator GNP (1987=100%) digunakan
untuk mendeflasi variabel. Impulse response analysis juga digunakan untuk
menguji interrelationship antar variabel dan menilai penyesuaian keseimbangan
jangka panjang. Fungsi ini menunjukkan efek dinamis dari government expenditure
shock terhadap variabel lain.
Hasil
penelitian mengindikasikan: Ada satu persamaan cointegrasi LPI = -22,444
-0,212LGE +2,306LY. Disamping itu juga ditemukan ada hubungan negatif jangka
panjang antara pengeluaran pemerintah dan investasi swasta di Turki.
iperkirakan pengeluaran pemerintah men-Crowding-out investasi swasta.
Pengeluaran pemerintah adalah suatu faktor pembatas terhadap investasi swasta
di Turkey. Kejutan (shock) dari pengeluaran pemerintah akan mempunyai efek
negatif pada investasi swasta. Pengeluaran pemerintah memiliki efek negatif
pada investor swasta dan pengembangan ekonomi Turkey. Fungsi impulse respon,
menunjukkan respon negatif pada investasi swasta untuk one standard deviation
shock pengeluaran pemerintah. Pengeluaran pemerintah merupakan substitusi
investasi swasta.
.(Dikutip
dari Erdal Karago and Kerim Ozdemir, Government Expenditures and Private
Invetment: Evidence from Turkey. The Middle East Business and Economic Review,
Volume 18, No. 2, December 2006, Page 33)
Penelitian Sajkumar Tulsidharan (2006)
Sajkumar
Tulsidharan (2006) menyatakan bahwa pada ekonomi transisi terdapat perdebatan
yang muncul mengenai keunggulan privatisasi dibanding perusahaan milik
pemerintah. Pemerintah menyediakan barang-barang keperluan publik di mana tidak
ada kompetisi dari sektor swasta agar dapat dengan pasti mengarah kepada
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.
Tetapi
proses regulasi, subsidi dan pajak, keterlambatan di dalam menerapkan proyek,
biaya yang tinggi adalah suatu faktor penghambat dalam pertumbuhan ekonomi. Penelitian
ini menguji data tahunan pada Government Final Consumption Expenditure
(termasuk kompensasi bagi buruh, pembelian bersih barang dan jasa dan konsumsi
dari modal tetap dalam administrasi pemerintah diukur dari ukuran pemerintah,
dan GNP pada harga pasar nominal dan riil (tahun dasari 1993/94=100) di India
periode 1960/61 sampai 1999/00. data ini dilaporkan di National Income
Statistics (CMIE) Januari 2003.
Penelitian
ini menguji data tahunan di Government Final Consumption Expenditure dan Produk
Nasional Bruto pada harga pasar nominal dan riil di India untuk periode
1960-1961 sampai 1999-2000. Hubungan antara variabel diteliti, dengan
menggunakan uji integrasi, cointegrasi, dan error correction mechanism.
Hasil
utama dari studi ini adalah bahwa pada harga nominal, semakin tinggi
pertumbuhan ekonomi pasti akan diikuti kenaikan government final consumption
expenditure. Dalam ekonomi di masa transisi ada suatu perdebatan yang muncul
berpihak pada ekonomi berbasis pasar dibanding pemerintah yang mengelola dan
mengendalikan perusahaan. Impresi tentang kata “reformasi ekonomi” di India
menyatakan bahwa ada kepentingan di dalam penurunan besar besaran pengendalian
yang dilakukan oleh pemerintah.
Di
India, Pemerintah, baik Central maupun State, telah memainkan satu peran yang
penting di dalam pembangunan ekonomi melalui secara langsung menyertakan diri
mereka ke dalam memproduksi aktivitas melalui regulasi. Kekuatan keterlibatan
langsung di dalam aktivitas penyediaan produk dan jasa dapat dibuktikan dari
sumbangan sektor publik ke GDP. Yaitu sekitar 33% di tahun 1990-91 dan menurun
menjadi 28,7% di tahun 1997-98. Pada awal 1970s, sumbangan itu sekitar 14%.
Di
beberapa negara barat yang maju, pengeluaran publik menyebabkan kenaikan GDP
secara proporsional. Karenanya rasio pengeluaran publik kepada GDP bisa tidak
stabil. Di India, perluasan intensive dan ekstensif aktivitas pemerintah selama
periode perencanaan sudah menunjukkan kenaikan yang spektakuler di dalam
pengeluaran publik. yaitu naik dari Rs 2,631 crore pada 1960-61 menjadi Rs.
4,36,122 crore pada 1997-98. Pada harga yang tetap, peningkatan pengeluaran
pemerintah sekitar dua puluh empat kali lebih pada empat puluh enam tahun
terakhir.
Masyarakat
di negara maju memiliki pendapatan per kapita yang tinggi sehingga dapat dengan
mudah mencukupi kebutuhan individu mereka. Masyarakat India dengan persentasi
populasi yang besar hidup di bawah garis kemiskinan, banyak orang tidak mampu
memenuhi keperluan-keperluan dasar minimal.
Kebanyakan
dari pengeluaran yang tidak untuk pengembangan yaitu pembayaran bunga,
pertahanan, subsidi, polisi, administrasi dan pendidikan umum, manfaat jarang
menyaring kepada bagian masyarakat yang miskin. Manfaat dari pengeluaran pengembangan
telah dipakai sebagian besar oleh yang kelompok urban dan elit pedesaan.
Peran
pengeluaran publik negara maju akan lebih besar untuk stabilisasi ekonomi,
simulasi aktivitas investasi dan lain lain. Di negara berkembang, pengeluaran
publik mempunyai peran untuk mengurangi disparitas regional, pengembangan biaya
sosial, pembuatan infrastruktur pertumbuhan ekonomi dalam bentuk fasilitas
transportasi dan komunikasi, pendidikan dan pelatihan, pertumbuhan industri
barang modal, industri dasar dan kunci, penelitian dan pengembangan, stimulasi
tabungan, pembentukan modal dan lain lain.
Secara
teoritis dipercaya bahwa pemerintah adalah kurang efisien dibanding sektor
swasta dan karenanya peran yang lebih besar dari pemerintah akan memperlambat
laju pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, pemerintah menyediakan barang-barang
publik yang tidak ada kompetisi dari sektor swasta dapat dengan pasti
mempercepat laju pertumbuhan ekonomi (Ram, 1986; Carr, 1989).
Law
of increasing state activities dari Wagner mendasarkan pada
pengalaman-pengalaman historis mengemukakan bahwa ekonomi di negara industri
mengembangkan sektor publik mereka berkembang dalam relatif signifikan. Wagner
menunjukkan tiga faktor yang akan menyebabkan sektor publik tumbuh proporsional
lebih cepat dari tingkat pembangunan ekonomi. Pertama, pada ekonomi negara
maju, maka peran pemerintah dalam bidang administratif dan protective
bertambah. Kedua, dengan ekspansi ekonomi, pengeluaran pemerintah di bidang
budaya dan kesejahteraan akan naik, khususnya, pendidikan dan kesehatan.
Ketiga, kemajuan teknologi dari negara industri memerlukan pemerintah untuk
melakukan jasa ekonomi tertentu ketika dana dari sektor swasta tidak diperoleh.
yang negatif signifikan antara pengeluaran pemerintah dalam GDP dan tingkat
pertumbuhan perkapita GDP. (Dikutip dari Sajkumar Tulsidharan. Government
Expenditure and Economic Growth in India (1960-2000). Finance India Vol. XX
No.1 March 2006, Page 169)
Penelitian Lainnya
Landau
(1986) mengklasifikasikan pengeluaran pemerintah dalam 5 jenis: pengeluaran
konsumsi, pengeluaran pendidikan, pengeluaran pengembangan modal, pengeluaran
militer, dan pengeluaran transfer, dan menemukan bahwa seluruh pengeluaran
tersebut berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Barro (1989,1990)
menggunakan pertumbuhan per kapita GDP sebagai ukuran dari pertumbuhan ekonomi,
dan menemukan bahwa ukuran pemerintah mempunyai pengaruh negatif signifikan
dengan pertumbuhan ekonomi. Kormendi dan Meguire (1985) dan Ram (1986),
menggunakan laju pertumbuhan dari GDP riil dan memperoleh hasil yang berlawanan
bahwa pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh yang tidak signifikan dan
berpengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan riil GDP. Ashauer (1989)
menguji demand side hipotesis bahwa tingginya marginal productivity of
government spending akan menghasilkan multiple ekspansion. Pengaruh pendapatan
yang timbul dari pengeluaran pemerintah dalam Hukum Wagner ditujukan kepada
elastisitas pendapatan dari barang publik. Studi empirisnya di US mengenai
investasi pemerintah di dalam infrastruktur inti menyebabkan produktivitas
tetapi berlawanan dengan hipotesis Wagner. Cashin (1995) menemukan bahwa pajak
distortionary menghambat pertumbuhan ketika transfer publik dan pengeluaran
modal (input pelengkap pada fungsi produksi swasta) adalah memacu pertumbuhan.
Rubinson (1977) menunjukkan bahwa pengaruh positif dari ukuran pemerintah lebih
sering terbukti di negara berkembang yang lebih miskin. Levine dan Renelt
(1992) menggunakan suatu analisis sensitivitas regresi pertumbuhan antar negara
dan menyimpulkan bahwa beberapa penemuan bersifat tidak konsisten di dalam
daftar variabel eksplanatory.
Teori Pengeluaran Negara
Musgrave
dan Rostow menyatakan perkembangan pengeluaran negara sejalan dengan tahap
perkembangan ekonomi dari suatu negara. Pada tahap awal perkembangan ekonomi
diperlukan pengeluaran negara yang besar untuk investasi pemerintah, utamanya
untuk menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, pendidikan,
dll. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap diperlukan untuk
pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi sektor swasta sudah mulai
berkembang. Pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah tetap
diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya
peningkatan pendidikan, kesehatan, jaminan sosial dsb.
Wagner
menyatakan berdasarkan pengamatan dari negara-negara maju, disimpulkan bahwa
dalam perekonomian suatu negara, pengeluaran pemerintah akan meningkat sejalan
dengan peningkatan pendapatan perkapita negara tersebut. Di negara-negara maju,
kegagalan pasar bisa saja terjadi, menimpa industri-industri tertentu dari
negara tersebut. Kegagalan dari suatu industri dapat saja merembet ke industri
lain yang saling terkait. Di sini diperlukan peran pemerintah untuk mengatur
hubungan antara masyarakat, industri, hukum, pendidikan, dll
Peacock
dan Wiseman menyatakan bahwa kebijakan pemerintah untuk menaikkan pengeluaran
negara tidak disukai oleh masyarakat, karena hal itu berarti masyarakat harus
membayar pajak lebih besar. Masyarakat mempunyai sikap toleran untuk membayar
pajak sampai pada suatu tingkat tertentu. Apabila pemerintah menetapkan jumlah
pajak di atas batas toleransi masyarakat, ada kecenderungan masyarakat untuk
menghindar dari kewajiban membayar pajak. Sikap ini mengakibatkan pemerintah
tidak bisa semena-mena menaikkan pajak yang harus dibayar masyarakat. Dalam
kondisi normal, dengan berkembangnya perekonomian suatu negara akan semakin
berkembang pula penerimaan negara tersebut, walaupun pemerintah tidak menaikkan
tarif pajak. Peningkatan penerimaan negara akan memicu peningkatan pengeluaran
dari negara tersebut.
Pengeluaran Pemerintah dan Crowding Out
Beberapa
teori ekonomi menyatakan pengeluaran pemerintah dapat mempengaruhi tingkat output
nasional. Pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi akan meningkatkan ouput
agregat (Dornbusch, 2001)
Defisit
anggaran pemerintah merupakan hal yang normal. Yang penting adalah sebarapa
lama angaran pemerintah akan menjadi surplus kembali. Secara umum sedikit
surplus akan dicapai pada tahun-tahun boom dan sedikit defisit dapat terjadi
pada tahun-tahun resesi. Ketika perekonomian mengalami resesi atau tumbuh
lambat, mungkin pajak dapat dikurangi dan pengeluaran pemerintah ditambah agar
dapat meningktkan output. (Dornbusch et al, 2001).
Namun
di sisi lain, kenaikan pengeluaran pemerintah dapat menghambat laju invetasi.
Crowding Out terjadi ketika kebijakan fiskal ekspansioner menyebabkan suku
bunga naik sehingga mengurangi pengeluaran swasta terutama investasi swasta
(Dornbusch et al, 2001)..
Seberapa
serius kita menghadapi crowding out? Dornbush, et al, (2001) mengajukan tiga
point penting dalam menghadapi crowding out ini. Pertama, pada kondisi ekspansi
fiskal yang meningkatkan permintaan, maka perusahaan dapat diminta merekrut
lebih banyak pekerja untuk meningkatkan output mereka. Kedua kenaikan
permintaan aggregate akan menaikkan pendapatan dan selanjutnya dapat
meningkatkan tabungan. Ekspansi tabungan ini dapat membiayai defisit anggaran
tanpa menyentuh pengeluaran swasta. Ketiga selama ekspansi fiskal, penawaran
uang dinaikkan oleh otoritas moneter (monnetary acomodation) agar mencegah
kenaikan suku bunga.
Peranan Anggaran dalam Ekonomi Pancasila
Pasal
33 UUD 1945 merupakan pasal yang paling penting dalam bagi pengaturan
perekonomian nasional. Dari pasal ini kita melihat pentingnya peranan negara
dalam pengaturan perekonomian Indonesia. Pasal ini mencerminkan sikap tegas
para pendiri negara untuk menganut sebuah sistem yang menjamin kesejahteraan
sosial. Pasal 27 UUD 1945 juga menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak. Dan untuk mereka yang kurang
beruntung karena miskin ataupun telantar termasuk anak-anak dipelihara oleh
negara.
Dalam
kaitan ini, negara juga memerlukan pengaturan keuangan negara untuk menjalankan
fungsinya, sehingga anggaran negara ditetapkan melalui Undang-Undang. Pasal 23
ayat 1 UUD 1945 menyatakan ”Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan
tiap-tiap tahun dengan Undang-undang. Apabila DPR tidak menyetujui anggaran
yang diusulkan, pemerintah menjalankan anggaran yang lalu”.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pengeluaran
pemerintah memiliki pengaruh terhadap output nasional di beberapa negara, namun
terdapat perbedaan hasil penelitian yang dapat dikelompokkan dalam tiga
kategori: Pertama yang menyatakan bahwa tingginya pengeluaran pemerintah akan
menyingkirkan investasi swasta (efek dari crowding out). Kedua menjelaskan
hubungan antara ukuran disaggregate pengeluaran pemerintah dan investasi swasta
menggunakan analisis disagregate. Ketiga menyatakan peningkatan pengeluaran
pemerintah akan menarik keluar investasi swasta.
Daftar Pustaka
- Donald Coletti, Rene Lalonde, dan Dirk Muir. Inflation Targeting and Price-Level-Path Targeting in The Global Economy Model: Some Open Economy Considerations. IMF Staff Papers, Vol. 55 No.2 , 2008. Page 326.
- Pogue, T.F. and Sgontz, L.G. 1978. Government And Economic Choice. An Introduction to Public Finance. University of Iowa. USA.
- Mangkoesoebroto, G. 1999. Ekonomi Publik. BPFE. Yogyakarta. Indonesia.
- Tambunan, T . 2001. Perekonomian Indonesia (Beberapa Isu Penting). Ghalia Indonesia. Jakarta.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Perkembangan Pengeluaran Pemerintah
Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://gioakram13.blogspot.com/2013/04/perkembangan-pengeluaran-pemerintah_26.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar