Jumat, 26 April 2013
0
komentar
Oleh: Burhan Sodiq
DUNIA gempar, masyarakat kaget bukan kepalang, saat
beberapa anak muda Tolitoli bergurau dengan cara melecehkan gerakan
shalat. Beberapa remaja putri di sebuah SMU di Tolitoli telah melakukan
tarian tidak senonoh dan dinillai ‘melecehkan’ shalat. Mereka melakukan
gerakan ala harleem shake dengan menggunakan bacaan-bacaan
shalat diiringi musik disco dan joget. Kontan saja video yang mereka
unggah di internet menimbulkan reaksi keras. Bahkan pihak sekolah
mengeluarkannya dan yang bersangkutan tak bisa ikut ujian UN . Sungguh
kasihan, siapa mengira, hanya sebuah gurauan yang sesungguhnya tidaklah
lucu, justru berujung masa depan dan musibah bagi keluarga mereka.
Ketua Persaudaraan Dai Indonesia (Pos Dai) Shohibul Anwar menyebutkan
Kepolisian dan Kemendiknas harus memberi teguran pada pihak sekolah
agar kasus seperti ini tidak berulang, dan hal-hal berkaitan dengan
agama tidak jadi senda-gurau.
Hal ini diamini pihak sekolah dengan mengeluarkan kelima siswi itu
tanpa ampun. Mereka tidak bisa mengikuti UN yang seharusnya menjadi
pintu gerbang kelulusan mereka. Bahkan kepolisian sudah memberkaskan
mereka dengan ancaman 5 tahun penjara.
Ada Apa Dengan Remaja Kita?
Mungkin ada banyak tanya di benak kita, kenapa kelima remaja itu sangat berani mengolok olok ajaran agama?
Secara umum remaja memang suka meniru. Tren harlem shake memang
sedang ramai dibicarakan. Dikenalkan lewat media internet yang di
negeri ini sangat luar biasa bebas. Atas nama salah satu pilar
demokrasi, maka kebebasan pendapat diartikan dengan kebebasan mengakses
seluruh konten internet. Termasuk salah satunya adalah kebebasan
mengunduh video video tidak mendidik bagi kesehatan mental mereka.
Maka sangat mudah bagi remaja untuk melakukan tiruan tiruan.
Diperkuat lagi dengan sikap megalomania, yaitu akan merasa hebat dan
percaya diri kalau berada di tengah tengah kelompoknya. Seorang anak
mungkin akan berpikir seribu kali melakukan pelecehan shalat seperti
itu. Tetapi ketika dia berada di kelompoknya, mendapat sorak sorai dari
teman temannya dia akan semangat untuk melakukan candaan yang berbahaya
itu.
Di sisi yang lain, anak muda sekarang terlalu banyak dibanjiri oleh
fasilitas hiburan daripada fasilitas pendidikan. Apa daya pendidikan
agama yang hanya diajarkan sepekan sekali selama dua jam? Apakah sangat
imbang dengan hiburan yang menyapa mereka dalam waktu 24 jam.
Mereka bisa mendapat hiburan dari beraneka macam cara. Tetapi untuk
asupan rohani mereka dapat darimana? Hanya dari pelajaran agama di
sekolah saja. Di televisi tidak ada pengajian khusus buat remaja. Di
masjid acara acara remaja juga tidak ada yang berkembang.
Perusahaan riset Nielsen menyatakan potensi besar pelanggan
telekomunikasi pada remaja usia 15-19 tahun, karena pertumbuhan pengguna
seluler pada usia itu mencapai 70%. Proyeksi Nielsen itu
berdasarkan penelitian yang dilakukan di sembilan kota yaitu Jakarta,
Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Palembang, Makassar, dan
Denpasar.
Berdasarkan penelitian tersebut, tingkat penetrasi pengguna ponsel
pada 2010 mencapai 54% atau naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya
sebanyak 48%. Total penduduk di sembilan kota tersebut sebanyak 45 juta
orang sehingga dengan penetrasi pengguna ponsel di wilayah itu sebesar
54%, maka penduduk yang telah memiliki ponsel sebanyak 24,3 juta orang.
Associate Director-Client Leadership Telecom Practice The Nielsen Company Viraj
Juthani mengatakan penetrasi pengguna ponsel sebesar 54% tersebut
merupakan rata-rata dari sembilan kota. Dia menjelaskan pertumbuhan
peengguna ponsel pada usia remaja yang paling besar dalam 5 tahun
terakhir dibandingkan dengan golongan usia lainnya.
Mereka lah yang selama ini menjadi pengguna sejati layanan data yang
mondar mandir di selular mereka. Mereka biasa SMS, telepon, dan bertukar
foto serta film. Maka tidak jarang yang kemudian salah menggunakan
teknologi ini. Terlalu bebas membuat mereka hilang ingatan dan tidak
bisa menggunakannya secara bertanggungjawab.
Perhatikan Remaja Lebih Intens Lagi
Kasus Tolitoli ini menampar muka kita. Sudah seharusnya kita mulai
melihat lagi sejauh apa perhatian kita kepada para remaja. Saatnya
menghidupkan program remaja di masjid masjid kita. Mengenalkan dan
mempererat hubungan remaja dengan islam dan kegiatannya. Mereka boleh
jadi bukan sebagai inisiatornya, tetapi mereka bisa menjadi penggiatnya,
pemakmurnya.
Mengusulkan kepada lembaga dakwah remaja untuk berperan aktif di
media televisi merancang program dakwah remaja yang menarik. Sehingga
mereka bisa tertarik dengan Islam di awal awal persentuhan mereka dengan
program itu. Begitu banyak lembaga dakwah remaja dan pelajar. Bagaimana
mereka tidak bersikap ekslusif tetapi mau bersikap inclusif.
Kemudian mengusulkan kepada pemerintah untuk melihat kembali
kebebasan arus informasi di Indonesia atas nama kebebasan berekspresi
dan berpendapat. Terutama melakukan sensor ketat terhadap informasi
sampah yang hanya akan memperkeruh pendidikan karakter bangsa ini.
Karena pengaruh audio visual lebih kuat kesannya daripada media yang
lainnya.
Sekaligus yang terakhir, merekomendasikan kepada pihak yang terkait
untuk menambah jam pelajaran agama. Meskipun tidak selalu dengan
pemberian materi pelajaran, tetapi bisa dengan materi penunjang
kesalihan mereka. Karena kalau hiburan tidak dibendung dan tidak
diimbangi maka proses perusakan moral ini akan terus berlangsung.*
Penulis Buku Remaja Islami
Red: Cholis Akbar
Red: Cholis Akbar
(Hidayatullah/Dz) http://www.eramuslim.com
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Pelecehan Sholat di Tolitoli
Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://gioakram13.blogspot.com/2013/04/pelecehan-sholat-di-tolitoli.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar