Senin, 13 Mei 2013
0
komentar
A. Pengertian
Pelatihan dan Pengembangan
Wexley dan Yukl (1976 : 282) mengemukakan : “training and
development are terms reffering to planned efforts designed facilitate the
acquisiton of relevan skills, knowledge, and attitudes by organizational members”.
Selanjutnya Wexley dan Yukl menjelaskan pula : “development
focusses more on improving the decision making and human relation skills of
middle and upper level management, while training involves lower level
employees and the presentation of more factual and narrow subject matter”
Pendapat Wexley dan Yukl tersebut lebih memperjelas
penggunaan istilah pelatihan dan pengembangan. Mereka berpendapat bahwa
pelatihan dan pengembangan merupakan istilah-istilah yang berhubungan dengan
usaha-usaha berencana, yang diselenggarakan untuk mencapai penguasaan skill,
pengetahuan, dan sikap-sikap pegawai atau anggota organisasi.
Pengembangan lebih difokuskan pada peningkatan kemampuan
dalam pengambilan keputusan dan memperluas hubungan manusia (human relation) bagi
manajemen tingkat atas dan manajemen tingkat menengah sedangkan pelatihan
dimaksudkan untuk pegawai pada tingkat bawah (pelaksana).
Pengertian pelatihan dan pengembangan pegawai, dikemukakan
oleh Adrew E. Sikula (1981 : 227) “training is short-terms educational procces
utilizing a systematic and organized procedure by which nonmanagerial personnel
learn technical knowlegde and skills for a definite purpose. Development, in
reference to staffing and personnel matters, is a long-terms educational process
utilizing a systematic and organized procedure by which managerial personnel
learn conceptual and theoritical knowledge for general purpose”.
Istilah pelatihan ditujukan pada pegawai pelaksana untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis, sedangkan pengembangan
ditujukan pada pegawai tingkat manajerial untuk meningkatkan kemampuan
konseptual, kemampuan dalam pengambilan keputusan, dan memperluas human
relation.
Mariot Tua Efendi H (2002) latihan dan pengembangan dapat
didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai.
Selanjutnya mariot Tua menambahkan pelatihan dan
pengembangan merupakan dua konsep yang sama, yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Tetapi, dilihat dari tujuannya,
umumnya kedua konsep tersebut dapat dibedakan. Pelatihan lebih ditekankan pada
peningkatan kemampuan untuk malakukan pekerjaan yang spesifik pada saat ini,
dan pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan
pekerjaan pada masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang
terintegrasi dengan kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja.
Sjafri Mangkuprawira (2004) pelatihan bagi karyawan
merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu serta
sikap agar karyawan semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya
dengan semakin baik, sesuai dengan standar. Sedangkan pengembangan memiliki
ruang lingkup lebih luas. Dapat berupa upaya meningkatkan pengetahuan yang
mungkin digunakan segera atau sering untuk kepentingan di masa depan.
Pengembangan sering dikategorikan secara eksplisit dalam pengembangan
manajemen, organisasi, dan pengembangan individu karyawan. Penekanan lebih
pokok adalah pada pengembangan manajemen. Dengan kata lain, fokusnya tidak pada
pekerjaan kini dan mendatang, tetapi pada pemenuhan kebutuhan organisasi jangka
panjang.
Rasionalisasi Pelatihan dan Pengembangan
Secara pragmatis program pelatihan dan pengembangan memiliki
dampak positif baik bagi individu maupun organisasi. Smith (1997) menguraikan
profil kapabilitas individu berkaitan dengan skill yang diperoleh dari
pelatihan dan pengembangan. Seiring dengan pengusaan keahlian atau keterampilan
penghasilan yang diterima individu akan meningkat. Pada akhirnya hasil
pelatihan dan pengembangan akan membuka peluang bagi pengembangan karier
individu dalam organisasi.
Dalam konteks tersebut peningkatan karier atau promosi
ditentukan oleh pemilikan kualifikasi skill. Sementara dalam situasi sulit
dimana organisasi cenderung mengurangi jumlah karyawannya, pelatihan dan
pengembangan memberi penguatan bagi individu dengan memberi jaminan job
security berdasarkan penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan organisasi.
- Training and devolopment has the potensial to improve labour productivity;
- Training and devolopment can improve quality of that output, a more highly trained employee is not only more competent at the job but also more aware of the significance of his or her action;
- Training and development improve the ability of the organisation to cope with change; the succesful implementation of change wheter technical (in the form of new technologies) or strategic (new product, new markets, etc) relies on the skill of the organisation’s member.(smith dalam prinsip-prinsip manajemen pelatihan, Irianto jusuf, 2001).
- Disaat kompetisi antar organisasi berlangsung sangat ketat, persoalan produktivitas menjadi salah satu penentu keberlangsungan organisasi disamping persoalan kualitas dan kemampuan karyawan. Program pelatihan dan pengembangan SDM dapat memberi jaminan pencapaian ketiga persoalan tersebut pada peringkat organisasional.
Gejala Pemicu Pelatihan dan Pengembangan
Terdapat beberapa fenomena organisasional yang dapat
dikategorikan sebagai gejala pemicu munculnya kebutuhan pelatihan dan
pengembangan. Tidak tercapainya standar pencapaian kerja, karyawan tidak mampu
melaksanakan tugasnya, karyawan tidak produktif, tingkat penjualan menurun,
tingkat keuntungan menurun adalah beberapa contoh gelaja-gejala yang umum terjadi
daam organisasi.
Gejala yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut menurut
Blanchard and Huszczo (1986) mencontohkan terdapat tujuh gejala utama dalam
organisasi yang membutuhkan penanganan yaitu :
- Low productivity;
- High absenteeism;
- High turnover;
- Low employee morale;
- High grievances;
- Strike;
- Low profitability.
B. Hubungan
Faktor-Faktor penyebab dan Gejala Organisasional
Ketujuh gejala tersebut sangat umum dijumpai dalam
organisasi yang dapat disebabkan oleh setidaknya tiga faktor yang meliputi :
kegagalan dalam memotivasi karyawan, kegagalan organisasi dalam memberi sarana
dan kesempatan yang tepat bagi karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya,
kegagalan organisasi memberi pelatihan dan pengembangan secara efektif kepada
karyawan.
Dalam situasi itulah program pelatihan sangat mengandalkan
training need analysis ( TNA) atau analisis kebutuhan pelatihan. Dan
merorientasi kepada pengembangan karyawan meliputi :
- Adanya pegawai baru, Memberikan orintasi pekerjaan atau tugas pokok organisasi kepada pegawai yang baru direkrut sebelum yang bersangkutan ditempatkan pada salah satu unit organisasi;
- Adanya peralatan kerja baru, Mempersiapkan pegawai dalam penggunaan peralatan baru dengan teknologi yang lebih baru, sehingga tidak terjadi adanya kecelakaan kerja dan meningkatkan efesiensi kerja;
- Adanya perubahan sistem manajemen/administrasi birokrasi, Mempersipakan pegawai dalam melakukan pekerjaan dengan menggunakan sistem yang baru dibangun;
- Adanya standar kualitas kerja yang baru, Mempersiapkan pegawai dalam melakukan pekerjaan dengan menggunakan sistem yang baru dibangun;
- Adanya kebutuhan untuk menyegarkan ingatan , Memberikan nuansa baru/penyegaran ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki;
- Adanya penurunan dalam hal kinerja pegawai, Meningkatkan kualitas kinerja pegawai sesuai dengan tuntutan perkembangan lingkungan strategis;
- Adanya rotasi/relokasi pegawai, Meningkatkan pegawai dalam menghadapi pekerjaan dan situasi kerja yang baru
C. Tahapan
Perencanaan Pelatihan
1. Analisis Kebutuhan Pelatihan
(training need analysis)
pada tahap pertama organisasi memerlukan fase penilaian yang
ditandai dengan satu kegatan utama yaitu analsis kebutuhan pelatihan. Terdapat
tiga situasi dimana organisasi diharuskan melakukan analisis tersebut : yaitu :
performance problem, new system and technology serta automatic and habitual
training.
Situasi pertama,
berkaitan dengan kinerja dimana karyawan organisasi mengalami degradasi
kualitas atau kesenjangan antara unjuk kerja dengan standar kerja yang telah
ditetapkan.
Situasi kedua,
berkaitan dengan penggunaan komputer, prosedur atau teknologi baru yang
diadopsi untuk memperbaiki efesiensi operasional perusahaan.
Situasi ketiga, berkaitan dengan pelatihan yang secara
tradisional dilakukan berdasarkan persyaratan-persyaratan tertentu misalnya
kewajiban legal seperti masalah kesehatan dan keselamatan kerja.
TNA merupakan sebuah analisis kebutuhan workplace secara
spesifik dimaksud untuk menetukan apa sebetulnya kabutuhan pelatihan yang
menjadi prioritas. Informasi kebutuhan tersebut akan dapat membantu organisasi
dalam menggunakan sumber daya (dana, waktu dll) secara efektif sekaligus
menghindari kegatan pelatihan yang tidak perlu.
TNA dapat pula dipahami sebagai sebuah investigasi
sistematis dan komprehensif tentang berbagai masalah dengan tujuan
mengidentifikasi secara tepat beberapa dimensi persoalan, sehingga akhirnya
organisasi dapat mengetahui apakah masalah tersebut memang perlu dipecahkan
melalui program pelatihan atau tidak.
Analisis kebutuhan pelatihan dilakukan melalui sebuah proses
tanya jawab (asking question getting answers). Pertanyaan diajukan kepada
setiap karyawan dan kemudian membuat verifikasi dan dokumentasi tentang
berbagai masalah dimana akhirnya kebutuhan pelatihan dapat diketahui untuk
memecahkan masalah tersebut.
Masalah yang membutuhkan pelatihan selalu berkaitan dengan
lack of skill or knowledge sehingga kinerja standar tidak dapat dicapai. Dengan
demikian dapat disimpulkan kinerja aktual dengan kinerja situasional.
D. Fungsi
Training Need Analysis
1.
Training Need Analysis (TNA) yaitu :
- mengumpulkan informasi tentang skill, knowledge dan feeling pekerja;
- mengumpulkan informasi tentang job content dan job context;
- medefinisikan kinerja standar dan kinerja aktual dalam rincian yang operasional;
- melibatkan stakeholders dan membentuk dukungan;
- memberi data untuk keperluan perencanaan
Hasil TNA adalah identifikasi performance gap. Kesenjangan
kinerja tersebut dapat diidentifikasi sebagai perbedaan antara kinerja yang
diharapkan dan kinerja aktual individu. Kesenjangan kinerja dapat ditemukan
dengan mengidentifikasi dan mendokumentasi standar atau persyaratan kompetensi
yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan dan mencocokkan dengan kinerja
aktual individu tempat kerja. Tahapan TNA mempunyai elemen penting yaitu :
- identifikasi masalah
- identifikasi kebutuhan
- pengembangan standar kinerja
- identifikasi peserta
- pengembangan kriteria pelatihan
- perkiraan biaya
- keuntungan
2. Perencanaan dan Pembuatan Desain
Pelatihan
Desain pelatihan adalah esensi dari pelatihan, karena pada
tahap ini bagaimana kita dapat menyakinkan bahwa pelatihan akan dilaksanakan.
Keseluruhan tugas yang harus dilaksanakan pada tahap ini
adalah :
- mengidentifikasi sasaran pembelajaran dari program pelatihan;
- menetapkan metode yang paling tepat;
- menetapkan penyelenggara dan dukungan lainnya;
- memilih dari beraneka ragam media;
- menetapkan isi;
- mengidentifikasi alat-alat evaluasi;
- menyusun urut-urut pelatihan.
Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya adalah membuat
materi pelatihan yang diperlukan dan dikembangkan seperti :
- jadwal pelatihan secara menyeluruh (estimasi waktu);
- rencana setiap sesi;
- materi-materi pembelajaran seperti buku tulis, buku bacaan, hand out dll;
- alat-alat bantu pembelajaran;
- formulir evaluasi.
E. Implementasi
Pelatihan
Tahap berikutnya untuk membentuk sebuah kegiatan pelatihan
yang efektif adalah implementasi dari program pelatihan. Keberhasilan
implementasi program pelatihan dan pengembangan SDM tergantung pada pemilihan
(selecting) program untuk memperoleh the right people under the right
conditions. TNA dapat membantu mengidentifikasi the right people dan the right
program sedangkan beberapa pertimbangan (training development) and
concideration program dapat membantu dalam menciptakan the right condition.
F. Evaluasi
Pelatihan
Untuk memastikan keberhasilan pelatihan dapat dilakukan
melalui evaluasi. Secara sistimatik manajemen pelatihan meliputi tahap
perencanaan yaitu training need analysis, tahap implementasi dan tahap
evaluasi. Tahap terakhir merupakan titik kritis dalam setiap kegiatan karena
acap kali diabaikan sementara fungsinya sangat vital untuk memastikan bahwa
pelatihan yang telah dilakukan berhasil mencapai tujuan ataukah justru
sebaliknya.
1. Persepsi terhadap Evaluasi Pelatihan
konsep pelatihan sudah sejak lama mengalam problem
perseptual. Sebagai kegiatan banyak organisasi mempersepsikan evaluasi secara
keliru disamping mengabaikan atau sama sekali tidak melakukannya setelah
pelatihan diadakan.
Menurut Smith (1997) evaluasi program pelatihan dan
pengembangan merupakan a necessary and usefull activity, namun demikian secara
praktis sering dilupakan atau tidak dilakukan sama sekali.
2. Makna Evaluasi Pelatihan
Newby (Tovey, 1996 dalam Irianto Yusuf) menulis bahwa
perhatian utama evaluasi dipusatkan pada efektivitas pelatihan. Efektifitas
berkaitan dengan sampai sejauh manakah program pelatihan SDM diputuskan sebagai
tujuan yang harus dicapai, karena efektifitas menjadi masalah serius dalam
kegiatan evaluasi pelatihan.
3. Merancang Evaluasi Pelatihan
Evaluasi yang dilakukan oleh penyelenggara diklat sebagai
berikut : Evaluasi Pra Diklat, bertujuan mengetahui sejauhmana pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang telah dimiliki para peserta sebelum diklat
dilaksanakan dibandingkan dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
disusun dalam program. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang belum dimiliki
peserta yang disajikan dalam pelaksanaan program diklat.
Tahapan evaluasi terhadap pelatihan :
§ Evaluasi
Peserta
§ Evaluasi
Widyaiswara
§ Evaluasi
Kinerja Penyelenggara
Evaluasi Pasca Diklat, bertujuan
mengetahui pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sebelum diklat tidak
dimiliki oleh peserta setelah proses diklat selesai dapat dimiliki dengan baik
oleh peserta.
Kesimpulan
Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi
dibandingkan dengan elemen lain seperti modal, teknologi, dan uang sebab
manusia itu sendiri yang mengendalikan yang lain. Latihan dan pengembangan
dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai.
Pelatihan dan pengembangan merupakan dua konsep yang sama,
yaitu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan. Tetapi,
dilihat dari tujuannya, umumnya kedua konsep tersebut dapat dibedakan.
Pelatihan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan untuk malakukan pekerjaan
yang spesifik pada saat ini, dan pengembangan lebih ditekankan pada peningkatan
pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada masa yang akan datang, yang
dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dengan kegiatan lain untuk
mengubah perilaku kerja.
TNA merupakan sebuah analisis kebutuhan workplace secara
spesifik dimaksud untuk menetukan apa sebetulnya kabutuhan pelatihan yang
menjadi prioritas. Informasi kebutuhan tersebut akan dapat membantu organisasi
dalam menggunakan sumber daya (dana, waktu dll) secara efektif sekaligus
menghindari kegiatan pelatihan yang tidak perlu.
DAFTAR PUSTAKA
- Irianto Jusuf (2001), Prinsip-prinsip Dasar Manajemen Pelatihan (Dari Analisis Kebutuhan Sampai Evaluasi Program Pelatihan), Insani Cendekia, Jakarta
- Mangkunegara, Anwar Prabu, (2006), Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, PT Refika Aditama, Bandung.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: PENDIDIKAN LATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM
Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/pendidikan-latihan-dan-pengembangan-sdm.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar