Sabtu, 18 Mei 2013
0
komentar
Dan
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar
“ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui
(diturut) ditambah dengan awalan “pe”
dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara
mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. (KBBI)
Dengan
kata lain, kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat
proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta
memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga
tercapai tujuan pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha
sistematis yang memungkinkan terciptanya pendidikan.[2]
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik.[3]
Proses
Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara
siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.[4]
Pengertian
Belajar Cronbach (1954) berpendapat : Learning is shown by a change in
behaviour as result of ex perience ; belajar dapat dilakukan secara baik dengan
jalan mengalami. Menurut Spears : Learning is to observe, to read, to imited,
to try something themselves, to listen, to follow direction, dimana pengalaman
itu dapat diperoleh dengan mempergunakan panca indra.
Robert.
M. Gagne dalam bukunya : The Conditioning of learning mengemukakan bahwa :
Learning is a change in human disposition or capacity, wich persists over a
period time, and wich is not simply ascribable to process of growth. Belajar
adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia setelah belajar secara
terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
Gagne
berkeyakinan, bahwa belajar dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor
dalam diri dan keduanya saling berinteraksi. Dalam teori psikologi konsep
belajar Gagne ini dinamakan perpaduan antara aliran behaviorisme dan aliran
instrumentalisme. Lester.D. Crow and Alice Crow mendefinisikan : Learning is
the acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar adalah upaya untuk
memperoleh kebiasaankebiasaan, pengetahuan dan sikap-sikap. Hudgins Cs. (1982)
berpendapatHakekat belajar secara tradisional belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu perubahan dalam tingkah laku, yang mengakibatkan adanya
pengalaman . Jung , (1968) mendefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses
dimana tingkah laku dari suatu organisme dimodifikasi oleh pengalaman. Ngalim
Purwanto, (1992 : 84) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif
menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
Dari
definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap
rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang
dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau
kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya.Oleh sebab itu apabila
setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif
dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak
bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
pembelajaran.
Sebenarnya, prinsip-prinsip yang dimaksud dapat kita jumpai dalam berbagai
sumber kepustakaan psikologi. Namun untuk mudahnya, dalam pembahasan ini akan
dikemukakan prinsip-prinsip belajar yang diintisarikan oleh Rothwal (1961)
sebagai berikut:
Prinsip
Kesiapan (Readiness)
Proses
belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau
readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan
dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas
khusus. Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam
belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan
ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang
pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain
yang memungkinkan seseorang dapat belajar. Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat
dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
·
Seorang individu akan dapat belajar
dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat
hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar belakangnya.
·
Kesiapan untuk belajar harus dikaji
bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila seseorang guru ingin mendapat
gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan
pengetesan kesiapan.
·
Jika seseorang individu kurang
memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas, kemudian tugas itu seyogianya ditunda
sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu
sesuai dengan kesiapan siswa.
·
Kesiapan untuk belajar mencerminkan
jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang siswa yang memiliki kecerdasan
yang sama mungkin amat berbeda dalam pola kemampuan mentalnya.
·
Bahan-bahan, kegiatan dan tugas
seyogianya divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan
psikomotor dari berbagai individu.
Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan
dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu
kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu
dan memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan
melakukan kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini
seyogianya didorong dan bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk
semua anak.
Berkenaan
dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang seyogianya kita perhatikan.
- Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi, soaial dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini.
- Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri siswa dapat memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam belajar.
- Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa. Contohnya seorang murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena keinginan untuk mencapai seauatu.
- Motivasi di pengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri. Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah.
- Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiap siswa diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu.
- Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi.
- Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku.
- Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin belajar.
- Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan untuk menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.
- Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang memuaskan.
- Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi.
Prinsip Persepsi
“
Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi”.
Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu
melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini
mempengaruhi perilaku individu. Seseorang guru akan dapat memahami
murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang
melihat suatu situasi tertentu.
Berkenaan
dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yang harus kita perhatikan:
·
Setiap pelajar melihat dunia berbeda
satu dari yang lainnya karena setiap pelajar memiliki lingkungan yang berbeda.
Semua siswa tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara yang sama.
·
Seseorang menafsirkan lingkungan
sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman, kesehatan, perasaan dan
kemampuannya.
·
Cara bagaimana seseorang melihat
dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam sesuatu situais seorang pelajar
cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri..
·
Para pelajar dapat dibantu dengan cara
memberi kesempatan menilai dirinya sendiri. Guru dapat menjadi contoh hidup.
Perilaku yang baik bergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai
suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar menilai persepsinya.
·
Persepsi dapat berlanjut dengan
memberi para pelajar pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat .
·
Kecermatan persepsi harus sering
dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklasifikasi persepsi
mereka.
·
Tingkat perkembangan dan pertumbuhan
para pelajar akan mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya.
Prinsip Tujuan
“
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada
saat proses belajar terjadi”. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai
oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
Tujuan
seyogianya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.
·
Dalam menetapkan tujuan seyogianya
mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat
·
Pelajar akan dapat menerima tujuan
yang dirasakan akan dapat memenuhi kebutuhannya.
·
Tujuan guru dan murid seyogianya
sesuai
·
Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang
ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi perilaku.
·
Tingkat keterlibatan pelajar secara
aktif mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan yang dapat ia capai.
·
Perasaan pelajar mengenai manfaat dan
kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan
merasa rendah diri atau prestasinya menurun.
·
Tujuan harus ditetapkan dalam rangka
memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar. Karena guru harus dapat
merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima para pelajar.
Prinsip Perbedaan Individual
“Proses
belajar bercorak ragam bagi setiap orang”
Proses
pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga
dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya.
Pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi
kebutuhan seluruh siswa. Karena itu seorang guru perlu memperhatikan latar
belakang, emosi, dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi
pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.
Berkenaan
dengan perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu diingat:
- Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugas belajar dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda.
- Para pelajar perlu mengenal potensinya dan seyogianya dibantu untuk merenncanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri.
- Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan , minat dan latarbelakangnya.
- Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalamannya masa lampau yang ia rasakan bermakna untuknya. Setiap pelajar biasanya memberi respon yang berbeda-beda karena memang setiap orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai pengalamannya.
- Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bila individu tidak merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar. Manakala para pelajar memiliki kemerdekaan untuk berpikir dan berbuat sebagai individu, upaya untuk memecahkan masalah motivasi dan kreativitas akan lebih meningkat.
- Pelajar yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan sungguh-sungguh. Tetapi sebaliknya bila kelemahannya yang lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan ketidakpuasannya terhadap belajar.
Prinsip Transfer dan Retensi
“Belajar
dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar
dalam situasi baru”.
Apa
pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam
situasi yang lain. Prosesa tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan
seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Bahan-bahan
yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi
baru.
Berkenaan
dengan proses transfer dan retensi ada beberapa prinsip yang harus kita ingat.
- Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau menugaskan sesuatu latuhan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi.
- Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.
- Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis dimana proses belajar itu terjadi. Karena itu latihan seyogianya dilakukan dalam suasana yang nyata.
- Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar yang dibagi ke dalam unit-unit kecil waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang lebih baik daripada proses belajar yang berkepanjangan. Waktu belajar dapat ditentukan oleh struktur-struktur logis dari materi dan kebutuhan para pelajar.
- Penelaahan bahan-bahan yang faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi dan nilai transfer.
- Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
- Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses pelupaan hal-hal tertentu. Karena itu bahan-bahan yang tidak disepakati tidak akan dapat diserap sebaik bahan-bahan yang menyenangkan
- Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti bahan yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap bahan yang lama dapat terjadi bila bahan baru yang sama yang dituntut.
- Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat diterapkan lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dan dengan memberikan illustrasi unsur-unsur yang serupa.
- Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama dibuat.
- Tahap akhir proses seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada gilirannya nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.
Prinsip Belajar Kognitif
“Belajar
kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan”.
Belajar
kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah,
dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru,
berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang
berkaitan dengan proses belajar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada
berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif.
·
Perhatian harus dipusatkan kepada
aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses-proses belajar kognitif
terjadi. Dalam hubungan ini pelajar perlu mengarahkan perhatian yang penuh agar
proses belajar kognitif benar-benar terjadi.
·
Hasil belajar kognitif akan bercariasi
sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada.
·
Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan
kata, kemampuan membaca, kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap
proses belajar kognitif.
·
Pengalaman belajar harus
diorganisasikan ke dalam satuan-satauan atau unit-unit yang sesuai.
·
Bila menyajikan konsep, kebermaknaan
dari konsep amatlah penting . Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi
dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar
bermakna.
·
Dalam pemecahan masalah para pelajar
harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan
informasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan
berpikir menyebar (divergent thinking).
·
Perhatian terhadap proses mental yang
lebih daripada terhadap hasil kognitif dan afektif akan lebih memungkinkan
terjadimya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis dan penalaran.
Prinsip Belajar Afektif
“
Proses belajar afektif seseorang menentukn bagaimana ia menghubungkan dirinya
dengan pengalaman baru”.
Belajar
afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal
pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar
afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi
dorongan, minat dan sikap individu.
Berkenaan
dengan hal-hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
proses belajar afektif.
- Hampir semua aspek kehidupan mengandung aspek afektif.
- Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
- Suatu waktu, nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan melekat sepanjang hayat. Nilai, sikap dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada keseluruhan proses perkembangan.
- Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan hasil dari belajar langsung.
- Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.
- Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.
- Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat. Pelajar yang memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat belajar lebih mudah daripada yang memiliki masalah.
- Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru dengan kelas.
- Pelajar dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap, perasaan dan frustasi sangat perlu untuk membantu pelajar memperoleh pengertian diri dan kematangannya.
Proses Belajar Psikomotor
Proses
belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan
aktivitas ragawinya.
Belajar
psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. Berkenaan dengan hal itu ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan.
- Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar psikomotor.
- Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.
- Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotor.
- Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya lebih baik.
- Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan dan memperhalus gerakannya akan lebih dapat diperkuat.
- Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan penampilan psikomotor individu.
- Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat menambah efisiensi belajar psikomotor.
- Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat membantu proses belajar psikomotor. Latihan yang bermakna seyogianya mencakup semua urutan lengkap aktivitas psikomotor dan tempo tidak bisa hanya didasarkan pada faktor waktu semata-mata.
- Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan frustasi (keputusasaan) dan kelelahan yang lebih cepat.
Prinsip Evaluasi
Jenis
cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan
selanjutnya.
Pelaksanaan
latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam
pencapaian tujuan. Penilaian individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi
oleh kebebasan untuk menilai. Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai
penampilan, motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar. Individu yang
berinteraksi dengan yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya
dan hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menilai
pengalamannya.
Berkenaan
dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
- Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar.
- Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi pelajar.
- Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dan belajar.
- Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.
- Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat kemampuan pelajar untuk menilai dirinya.
- Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.
- Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.
- Setelah anda membaca dan memahami prinsip-prinsip yang berkenaan dengan proses belajar dan pengajaran, cobalah anda kerjakan latihandibawah ini. Denga demikian anda akan dapat memahami dan menerapkan prinsip-prinsip itu lebih jauh.
Bagaimana
anda menerapkan prinsip-prinsip:
- Kesiapan
- Motivasi
- Persepsi
- Tujuan
- Perbedaan Individual
- Transfer dan Retensi
- Belajar Kognitif
- Belajar Afektif
- Belajar Psikomotor
- Evaluasi
Untuk
memeriksa lebih jauh hasil anda bagian ini tidak disediakan kunci jawaban. Oleh
karena itu hasil latihan Anda sebaiknya Anda bandingkan dengan hasil latihan
anda. Diskusikanlah dengan kelompok untuk hal-hal berbeda dalam hasil latihan
itu. Dengan mengkaji hasil latihan itu, anda seyogianya selalu melihat rincian
prinsip-prinsip belajar dan pengajaran yang diuraikan sebelumnya. Jika terdapat
hal-hal yang tidak dapat diatasi dalam kelompok, bawalah persoalan tersebut ke
dalam pertemuan tutorial. Yakinlah dalam pertemuan tersebut anda akan dapat
memecahkan persoalan tersebut.
MOTIVASI BELAJAR
Motivasi belajar setiap orang, satu
dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari
apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar
dan mengejar rangking pertama karena diimingimingi akan dibelikan sepeda oleh
orangtuanya. Contoh lainnya, seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang
tinggi agar lulus dengan predikat /cum laude/. Setelah itu, dia bertujuan untuk
mendapatkan pekerjaan yang hebat dengan tujuan membahagiakan orangtuanya. Apa
saja, sih, faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar seseorang dengan yang
lainnya? Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan
mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masingmasing orang, di
antaranya:
- Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual .
- Perbedaan rasa aman (safetyneeds), baik secara mental, fisik, dan intelektual.
- Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya
- Perbedaan harga diri (selfesteemneeds). Contohnya prestisememiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
- Perbedaan aktualisasi diri(self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Stimulus motivasi belajar Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat
- termotivasi untuk belajar, yaitu:
- Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
- Kedua,motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapatberupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan. Tips-tips meningkatkan motivasi belajar Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya.
- Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi. Yuk, ikuti tips-tips berikut untuk meningkatkan motivasi belajar kita:
- Bergaullahdenganorang-orangyang senang belajar.Bergaul denganorang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar. Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi. Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi.
- Belajar apapun, Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya.Belajar dari internet, Kita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat, pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, kita bisa masuk ke milis Free-English-Course@yahoogroups.com.
- Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif. Di dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya.
- Cari motivator. Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup. Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari seseorang/komunitas yang dapat membantu mengarahakan atau memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi.
MASALAH
BELAJAR
Pada garis besarnya sebab-sebab
timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori
yaitu :
1. Faktor-faktor Internal (
faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri ), antara lain
·
Gangguan secara fisik, seperti kurang
berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat
tubuh, serta penyakit menahan ( alergi, asma, dan sebagainya ).
·
Ketidakseimbangan mental ( adanya
gangguan dalam fungsi mental ), sepertimenampakkan kurangnya kemampuan mental,
taraf kecerdasannya cenderung kurang.
·
Kelemahan emosional, seperti merasa
tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri ( maladjustment ), tercekam rasa
takut, benci, dan antipati serta ketidakmatangan emosi.
·
Kelemahan yang disebabkan oleh
kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran
sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
2. Faktor Eksternal ( faktor-faktor
yang timbul dari luar diri individu ), yaitu berasal dari
1). Sekolah, antara lain :
·
Sifat
kurikulum yang kurang fleksibel
·
Terlalu
berat beban belajar (murid) dan atau mengajar (guru)
·
Metode
mengajar yang kurang memadai
·
Kurangnya
alat dan sumber untuk kegiatan belajar
2). Keluarga (rumah), antara lain :
·
Keluarga
tidak utuh atau kurang harmonis
·
Sikap orang
tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
·
Keadaan
ekonomi.
Menurut Lindgren, (1967 : 55) bahwa
lingkungan sekolah, terutama guru. Guru yang akrab dengan murid, menghargai
usaha-usaha murid dalam belajar dan suka memberi petunjuk kalau murid
menghadapi kesulitan, akan dapat menimbulkan perasaan sukses dalam diri
muridnya dan hal ini akan menyuburkan keyakinan diri dalam diri murid. Melalui
contoh sikap sehari-hari, guru yang memiliki penilaian diri yang positif akan
ditiru oleh muridnya, sehingga murid-muridnya juga akan memiliki penilaian diri
yang positif.
Jadi jelaslah bahwa guru yang kurang
akrab dengan murid, kurang menghargai usaha-usaha murid maka murid akan merasa
kurang diperhatikan dan akan mengakibatkan murid itu malas belajar atau
kurangnya minat belajar sehingga anak itu akan mengalami kesulitan belajar.
Keberhasilan seorang murid dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari
sekolah seperti guru yang harus benar-benar memperhatikan peserta didiknya.
Menurut Belmon dan Morolla (1971 :
107) menyimpulkan dari hasil penelitiannya, bahwa anak-anak yang berasal dari
keluarga yang banyak jumlah anak, mempunyai keterampilan intelektual lebih
rendah daripada anak-anak yang berasal dari keluarga yang jumlah anaknya sedikit.
QUANTUM
TECHING N LEARNING
Arti
Quantum Teaching
Kata Quantum sendiri berarti interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya. Jadi Quantum Teaching menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada pada
siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.
Dalam Quantum Teaching bersandar pada
konsep ‘Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia
mereka’. Hal ini menunjukkan, betapa pengajaran dengan Quantum Teaching tidak
hanya menawarkan materi yang mesti dipelajari siswa. Tetapi jauh dari itu,
siswa juga diajarkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam
dan ketika belajar.
Dengan Quantum teaching kita dapat
mengajar dengan memfungsikan kedua belahan otak kiri dan otak kanan pada
fungsinya masing-masing. Penelitian di Universitas California mengungkapkan
bahwa masing-masing otak tersebut mengendalikan aktivitas intelektual yang
berbeda.
Otak kiri menangani angka, susunan,
logika, organisasi, dan hal lain yang memerlukan pemikiran rasional, beralasan
dengan pertimbangan yang deduktif dan analitis. Bagian otak ini yang digunakan
berpikir mengenai hal-hal yang bersifat matematis dan ilmiah. Kita dapat
memfokuskan diri pada garis dan rumus, dengan mengabaikan kepelikan tentang
warna dan irama.
Otak kanan mengurusi masalah pemikiran
yang abstrak dengan penuh imajinasi. Misalnya warna, ritme, musik, dan proses
pemikiran lain yang memerlukan kreativitas, orisinalitas, daya cipta dan bakat
artistik. Pemikiran otak kanan lebih santai, kurang terikat oleh parameter
ilmiah dan matematis. Kita dapat melibatkan diri dengan segala rupa dan bentuk,
warna-warni dan kelembutan, dan mengabaikan segala ukuran dan dimensi yang
mengikat.
Perbedaan Quantum Teaching dan Quantum Learning
Quantum Teaching dan Quantum Learning
merupakan model pembelajaran yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang
diilhami dari konsep kepramukaan, sugestopedia, dan belajar melalui berbuat.
Quantum Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas,
berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola
Quantum Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan. Sementara itu, Quantum Learning merupakan
konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan
prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan. Jadi,
Quantum Teaching diperuntukkan guru dan Quantum Learning diperuntukkan siswa
atau masyarakat umum sebagai pembelajar. Sebagai guru, Ibu tentunya perlu
mendalami keduanya agar bisa menyerap konsep secara utuh dan terintegrasi.
Dalam Quantum Teaching, guru sangat
diharapkan sebagai aktor yang mampu memainkan berbagai gaya belajar anak,
mengorkestrakan kelas, menghipnotis kelas dengan daya tarik, dan menguatkan
konsep ke dalam diri anak. Prinsipnya, bawalah dunia guru ke dunia siswa dan
ajaklah siswa ke dunia guru. Dalam Quantum Teaching, tidak ada siswa yang
bodoh, yang ada adalah siswa yang belum berkembang karena titik sentuhnya belum
cocok dengan titik sentuh yang diberikan guru. Berarti, guru perlu penyesuaian
sesuai dengan kondisi siswa dengan berpedoman pada segalanya bertujuan,
segalanya berbicara, mengalami sebelum pemberian nama, akui setiap usaha, dan
rayakan.
Quantum
Learning merupakan strategi belajar yang bisa digunakan oleh siapa saja
selain sisiwa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja
dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui
terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan
begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah
merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara Quantum Learning.
Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan
suasana yang menyenangkanTeaching dan Learning merupakan model pembelajaran
yang sama-sama dikemas Bobbi DePorter yang diilhami dari konsep kepramukaan,
sugestopedia, dan belajar melalui berbuat.
- Teaching diarahkan untuk proses pembelajaran guru saat berada di kelas, berhadapan dengan siswa, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasinya. Pola Teaching terangkum dalam konsep TANDUR, yakni Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan
- Learning merupakan konsep untuk pembelajar agar dapat menyerap fakta, konsep, prosedur, dan prinsip sebuah ilmu dengan cara cepat, menyenangkan, dan berkesan.Pola Teaching terangkum dalam konsep AMBAK yakni Apa Manfaatnya Bagiku
Jadi, Teaching diperuntukkan guru dan
Learning diperuntukkan siswa atau masyarakat umum sebagai pembelajar
Paradigma Belajar Model Quantum Learning
Dalam belajar model Quantum Learning
agar dapat berjalan dengan benar ini paradigma yang harus dianut oleh siswa dan
guru adalah sebagai berikut :
- Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid sehingga bisa saling berfungsi sebagai fasilitator.
- Bagi kebanyakan orang belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan, lingkungan dan suasana yang tidak terlalu formal, penataan duduk setengah melingkar tanpa meja, penataan sinar atau cahaya yang baik sehingga peserta merasa santai dan relak.
- Setiap orang mempunyai gaya belajar, bekerja dan berpikir yang unik dan berbeda yang merupakan pembawaan alamiah sehingga kita tidak perlu merubahnya dengan demikian perasaan nyaman dan positif akan terbentuk dalam menerima informasi atau materi yang diberikan oleh fasilitator.
- Modul pelajaran tidak harus rumit tapi harus dapat disajikan dalam bentuk sederhana dan lebih banyak kesuatu kasus nyata atau aplikasi langsung.
Prinsip dari Quantum Teaching, yaitu:
- Segalanya berbicara, lingkungan kelas, bahasa tubuh, dan bahan pelajaran semuanya menyampaikan pesan tentang belajar.
- Segalanya bertujuan, siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan.
- Pengalaman sebelum konsep, dari pengalaman guru dan siswa diperoleh banyak konsep.
- Akui setiap usaha, menghargai usaha siswa sekecil apa pun.
- Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan, kita harus memberi pujian pada siswa yang terlibat aktif pada pelajaran kita. Misalnya saja dengan memberi tepuk tangan, berkata: bagus!, baik!, dll.
Kerangka Rancangan Belajar Quantum
Teaching yang dikenal sebagai TANDUR
- TUMBUHKAN. Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaat Bagiku ” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar.
- ALAMI. Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar.
- NAMAI. Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah “masukan”.
- DEMONSTRASIKAN. Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk ‘menunjukkan bahwa mereka tahu”.
- ULANGI. Tunjukkan pelajar cara-cara mengulang materi dan menegaskan , “Aku tahu dan memang tahu ini”.
- RAYAKAN. Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Pengertian Pembelajaran
Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/pengertian-pembelajaran.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar