Selasa, 28 Mei 2013
0
komentar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam
kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang
saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta.
Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta.
Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan
berbagai model pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan
belajar. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya
sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta
didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan
lingkungannya sehingga berbagai jenis model pembelajaran yang dapat
digunakan oleh pendidik.
Model-model
pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student
center) sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju
kedewasaan, peserta dapat melatih kemandirian, peserta didik dapat
belajar dari lingkungan kehidupannya.
1.2 TUJUAN
Makalah
ini dirancang untuk mahasiswa Program S1 PGSD. Oleh sebab itu dalam
penyajiannya diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang
berbagai konsep model pembelajaran dan penerapan model pembelajaran di
kelas.
1.3 TOPIK BAHASAN
Untuk meningkatkan pemahaman berbagai model pembelajaran, dalam makalah ini akan dibahas tentang :
Model pembelajaran partisipatif dalam pembelajaran yang berwawasan kemasyarakatan.
Model pendekatan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran yang berwawasan kemasyarakatan.
Model pembelajaran mandiri dalam pembelajaran yang berwawasan kemasyarakatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF
A. Konsep Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran
partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk
mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yaitu dalam
tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program.
Partisipasi
pada tahap perencanaan adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan
mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan, sumber-sumber atau
potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran.
Partisipasi
dalam tahap pelaksanaan program kegiatan pembelajaran adalah
keterlibatan peserta didik dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk
belajar. Dimana salah satu iklim yang kondusif untuk kegiatan belajar
adalah pembinaan hubungan antara peserta didik, dan antara peserta didik
dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka,
akrab, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar.
Partisipasi
dalam tahap penilaian program pembelajaran adalah keterlibatan peserta
didik dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian
program pembelajaran. Penilaian pelaksanaan pembelajaran mencakup
penilaian terhadap proses, hasil dan dampak pembelajaran.
B. Ciri-ciri Pembelajaran Partisipatif
Berdasarkan
pada pengertian pembelajaran partisipatif yaitu upaya untuk
mengikutsertakan peserta didik dalam pembelajaran, maka ciri-ciri dalam
kegiatan pembelajaran partisipatif adalah :
Pendidik menempatkan diri pada kedudukan tidak serba mengetahui terhadap semua bahan ajar.
Pendidik memainkan peran untuk membantu peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Pendidik melakukan motivasi terhadap peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran.
Pendidik menempatkan dirinya sebagai peserta didik.
Pendidik bersama peserta didik saling belajar.
Pendidik membantu peserta didik untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif.
Pendidik mengembangkan kegiatan pembelajaran kelompok.
Pendidik mendorong peserta didik untuk meningkatkan semangat berprestasi.
Pendidik mendorong peserta didik untuk berupaya memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya.
C. Peran Pendidikan Dalam Pembelajaran
Peran
pendidik dalam pembelajaran partisipatif lebih banyak berperan sebagai
pembimbing dan pendorong bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan
pembelajaran sehingga mempengaruhi terhadap intensitas peranan pendidik
dalam pembelajaran.
Pada
awal pembelajaran intensitas peran pendidik sangat tinggi yaitu untuk
menyajikan berbagai informasi bahan belajar, memberikan motivasi serta
memberikan bimbingan kepada peserta dalam melakukan pembelajaran, tetapi
makin lama makin menurun intensitas perannya digantikan oleh peran yang
sangat tinggi dari peserta didik untuk berpartisipasi dalam
pembelajaran secara maksimal.
Langkah-langkah yang harus ditempuh pendidik dalam membantu peserta didik untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran :
Membantu peserta didik dalam menciptakan iklim belajar
Membantu peserta didik dalam menyusun kelompok belajar
Membantu peserta didik dalam mendiagnosis kebutuhan pelajar
Membantu peserta didik dalam menyusun tujuan belajar
Membantu peserta didik dalam merancang pengalaman belajar
Membantu peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
Membantu peserta didik dalam penilaian hasil, proses dan pengaruh kegiatan pembelajaran.
2.2 MODEL PENDEKATAN PEMBELAJARAN
A. Konsep Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
Pendekatan
pembelajaran kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran
tentang belajar dilihat dari proses transfer belajar, lingkungan
belajar.
Dilihat
dari proses, belajar tidak hanya sekedar menghapal. Dari transfer
belajar, siswa belajar dai mengalami sendiri, bukan pemberian dari orang
lain. Dan dilihat dari lingkungan belajar, bahwa belajar efektif itu
dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa.
Pembelajaran
kontekstual (contextual learning) merupakan upaya pendidik untuk
menghubungkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
peserta didik, dan mendorong peserta didik melakukan hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dalam
penerapan pembelajaran kontekstual tidak lepas dari landasan
filosofisnya, yaitu aliran konstruktivisme. Aliran ini melihat
pengalaman langsung peserta didik (direct experiences) sebagai kunci
dalam pembelajaran.
B. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dan Pembelajaran Konvensional
Karakteristik model pembelajaran kontekstual dalam penerapannya di kelas, antara lain :
Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran
Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi
Pembelajaran dihubungkan dengan kehidupan nyata atau masalah
Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman
Peserta didik tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan.
Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni peserta didik diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata.
Karakteristik model pembelajaran konvensional dalam penerapannya di kelas, antara lain :
Siswa adalah penerima informasi
Siswa cenderung belajar secara individual
Pembelajaran cenderung abstrak dan teoritis
Perilaku dibangun atas kebiasaan
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan
Peserta didik tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman
Bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural
Pembelajaran
kontekstual memiliki perbedaan dengan pembelajaran konvensional,
tekanan perbedaannya yaitu pembelajaran kontekstual lebih bersifat
student centered (berpusat kepada peserta didik) dengan proses
pembelajarannya berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan peserta didik
bekajar dan mengalami. Sedangkan pembelajaran konvensional lebih
cenderung teacher centered (berpusat kepada pendidik), yang dalam proses
pembelajarannya siswa lebih banyak menerima informasi bersifat abstrak
dan teoritis.
C. Komponen-komponen Pembelajaran Kontekstual
Peranan pendekatan pembelajaran kontekstual di kelas dapat didasarkan pada tujuh komponen, yaitu :
1. Konstruktivisme
Konstruktivisme
merupakan landasan berfikir pembelajaran kontekstual, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia didalam dirinya sedikit demi sedikit,
yang hasilnya dapat diperluas melalui konteks yang terbatas.
2. Pencairan (inquiry)
Menemukan
merupakan inti dari pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh siswa merupakan hasil dari penemuan siswa
itu sendiri.
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya
merupakan awal dari pengetahuan yang dimiliki seseorang. Bagi siswa
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inquiriy, yaitu untuk menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek
yang belum diketahui.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep
learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari
kerjasama dengan orang lain. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada
komunikasi dua arah atau lebih, yaitu antara siswa dengan siswa atau
antara siswa dengan pendidik apabila diperlukan atau komunikasi antara
kelompok.
5. Pemodelan (Modeling)
Model
dapat dirancang dengan melibatkan guru, siswa atau didatangkan dari
luar sesuai dengan kebutuhan. Dengan pemodelan, siswa dapat mengamati
berbagai tindakan yang dilakukan oleh model tersebut.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang sesuatu yang sudah dipelajari. Realisasi dari refleksi dalam pembelajaran dapat berupa:
Pernyataan langsung tentang sesuatu yang sudah diperoleh siswa
Kesan dan pesan/saran siswa tentang pembelajaran yang sudah diterimanya
Hasil karya
7. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)
Assessment
merupakan proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa. Assessment menekankan pada proses
pembelajaran maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan
nyata yang dikerjakan pada saat melakukan proses pembelajaran.
Karakteristik authentic assessment, yaitu :
Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
Dapat digunakan untuk formatif maupun sumatif
Yang diukur adalah keterampilan dan penampilan bukan mengingat fakta
Berkesinambungan
Terintegrasi
Dapat digunakan sebagai feed back
2.3 MODEL PEMBELAJARAN MANDIRI
A. Konsep Pembelajaran Mandiri
Dalam
rangka menuju kedewasaan, seorang anak harus dilatih untuk belajar
mandiri. Belajar mandiri merupakan suatu proses, dimana individu
mengalami inisiatif dengan atau tanpa bantuan orang lain.
Dapat mengurangi ketergantungan pada oran lain
Dapat menumbuhkan proses alamiah perkembangan jiwa
Dapat menumbuhkan tanggung jawab pada peserta didik
Berdasarkan
hal tersebut pendidik bukan sebagai pihak yang menentukan
segala-galanya dalam pembelajaran, tetapi lebih berperan sebagai
fasilitator atau sebagai teman peserta didik dalam memenuhi kebutuhan
belajar mereka.
B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Belajar Mandiri
Banyak faktor yang mempengaruhi untuk tumbuhnya belajar mandiri, yaitu :
Terbuka terhadap setiap kesempatan belajar, belajar pada dasarnya tidak dibatasi oleh waktu, tempat dan usia
Memiliki
konsep diri sebagai warga belajar yang efektif, seseorang yang memiliki
konsep diri berarti senantiasa mempersepsi secara positif mengenai
belajar dan selalu mengupayakan hasil belajar yang baik
Berinisiatif
dan merasa bebas dalam belajar, inisiatif merupakan dorongan yang
muncul dari diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh orang lain, seseorang
yang memiliki inisiatif untuk belajar tidak perlu dirangsang untuk
belajar.
Memiliki
kecintaan terhadap belajar, menjadikan belajar sebagai bagian dari
kehidupan manusia dimulai dari timbulnya kesadaran, keakraban dan
kecintaan terhadap belajar.
Kreativitas.
Menurut Supardi (1994), kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk
melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun kerja nyata,
yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Ciri perilaku
kreatif yang dimiliki seseorang diantaranya dinamis, berani, banyak
akal, kerja keras dan bebas. Bagi seseorang yang kreatif, tidak akan
kuatir atau takut melakukan sesuatu sepanjang yang dilakukannya
mengandung makna.
Memiliki
orientasi ke masa depan Seseorang yang memiliki orientasi ke masa depan
akan memandang bahwa masa depan bukan suatu yang mengandung
ketidakpastian.
Kemampuan menggunakan keterampilan belajar yang mendasar dan memecahkan masalah.
C. Peran Pendidik Dalam Belajar Mandiri
Dalam
pembelajaran mandiri, tutor berperan sebagai fasilitator dan teman bagi
peserta didik. Sebagai fasilitator, pendidik dapat membantu peserta
didik dalam mengakrabi masalah yang dihadapi peserta didik, dan berupaya
agar peserta didik dapat menemukan alternatif pemecahan masalah yang
dihadapinya.
Peran
lain yang harus dilakukan pendidik adalah sebagai teman. Pendidik
berusaha menempatkan dirinya sama dengan peserta didik sebagai peserta
yang mengharapkan nilai tambah dalam kehidupannya untuk mengantisipasi
perubahan yang terjadi, serta mengaktualisasikan dirinya.
BAB IV
KESIMPULAN
Model-model
pembelajaran sosial merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan di kelas dengan melibatkan peserta didik secara penuh (student
center) sehingga peserta didik memperoleh pengalaman dalam menuju
kedewasaan, peserta dapat melatih kemandirian peserta didik dapat
belajar dari lingkungan kehidupannya.
Model-model
pembelajaran sosial ini mencakup : model pembelajaran partisipatif,
model pendekatan pembelajaran kontekstual, dan model pembelajaran
mandiri.
Pembelajaran
partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya pendidik untuk
mengikutsertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, yaitu dalam
tahap : perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program.
Dalam
menyiapkan anak untuk bersosialisasi di masyarakat, sejak dini anak
harus sudah mengenal lingkungan kehidupannya. Model pembelajaran
kontekstual merupakan upaya pendidik untuk menghubungkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong
peserta didik melakukan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Dalam
rangka menuju kedewasaan, seorang anak harus dilatih untuk belajar
mandiri. Belajar mandiri merupakan suatu proses, dimana individu
mengambil inisiatif denganatau tanpa bantuan orang lain. Dalam
pembelajaran mandiri menekankan pada keaktifan peserta didik yang lebih
bersifat student centered daripada teacher centered sehingga pendidik
lebih banyak berperan sebagai fasilitator dan teman (partner).
DAFTAR PUSTAKA:
- Depdiknas, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Pendidikan Lanjutan Pertama. (2003). Pendekatan Kontekstual (Centered Teaching and Learning). Jakarta.
- Sudjana, D. (2000). Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Production.
- Hatimah, I. (2003). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung : Andira.
- Knowles, M. (1975). Self Directed Learning. Chicago : Follet Publishing Company.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Makalah Ilmu Pendidikan Model - Model Pembelajaran Sosial
Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/makalah-ilmu-pendidikan-model-model_8411.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar