Posted by Bagio Rabu, 29 Mei 2013 0 komentar

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

 Dasar perkembangan atau pemikiran tentang penetapan program bimbingan dan konseling di sekolah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral-spritual). 
Menurut Nurihsan menyatakan bahwa Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.  Siswa yang sedang berada dalam proses berkembang dan menjadi becoming berarti berkembang ke arah kematangan dan kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut siswa memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya. Pengalaman dalam arah kehidupannya. Di samping itu proses perkembangan siswa tidak berlangsung secara mulus atau steril darimasalah, dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur, lurus, atau searah dengan potensi harapan dan nilai-nilai yang dianut. 
Perkembangan siswa tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis, sosial, perubahan-peerubahan yang terjadi dalam lingkungan itu dapat mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Kebutuhan akan bimbingan konseling sangat dipengaruhi oleh faktor filosofis, psikologis, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, demokralisasi dalam pendidikan, serta perluasan program pendidikan. 

Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah seringkali tidak dapat dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini telebih lagi karena disebabkan karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak terletak di luar sekolah. Dalam kaitan itu, permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan begitu saja. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan ke sana. Disinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di samping kegiatan pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas, bimbingan dan konseling di sekolah adalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu pada keseluruhan perkembangan mereka yang meliputi empat dimensi kemanusiaannya dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan “upaya dalam menyikapi tekanan psikis peserta didik dan proses layanan dalam menyikapi tekanan psikis pada peserta didik” yaitu :
  1. Bagaimana penanganan psikis pada  peserta didik ?
  2. Apa perlu melakukan bimbingan konseling terhadap peserta didik ?

TUJUAN PENELITIAN

  1. Untuk memahami upaya apa saja yang dilakukan untuk menyikapi tekanan psikis pada peserta didik
  2. Untuk mengetahui dan memahami proses layanan terhadap peserta didik dalam menyikapi tekanan psikis.
  3. Untuk memahami betapa perlunya bimbingan konseling untuk para peserta didik.   

 

BAB II PEMBAHASAN                                                                                                            

A.  Perlunya Bimbingan Konseling 
Pembangunan nasional bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan ini selain untuk menghadapi tuntutan dan tantangan perubahan masyarakat dan modernisasi (termasuk di dalamnya globalisasi, industrialisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi), terutama untuk mengembangkan manusia Indonesia sesuai dengan hakekat kemanusiaan. 
Hakikat kemanusiaan dapat ditinjau dari kedua sisi itu akan memperlihatkan betapa manusia amat berpotensi untuk memperkembangkan dirinya, untuk menguasai alam, dan untuk mengembangkan budaya setinggi-tingginya demi kebahagiaan hidupnya dunia dan akhirat. 
Pengembangan manusia seutuhnya baik manusia sebagai kumpulan orang-orang maupun sebagai individu bertitik tolak dari kedua sisi hakikat kemanusiaan itu. Manusia perlu mengembangkan diri sehingga ketinggian derajat dan keindahan dirinya serta keempat dimensi kemanusiaannya itu benar-benar terwujud manusia yang utuh, baik menurut pandangan agama, psikologi, maupun sosial budaya, pada dasarnya adalah mereka yang telah berhasil mewujudkan keempat dimensi kemanusiaan secara selaras, serasi dan seimbang, sehingga ketinggian derajat dan keindahan dari mereka benar-benar dirasakan adanya dan manfaatnya oleh diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Di Indonesia maanusia seutuhnya seperti itu adalah manusia Pancasila yang dengan penuh telaah menghayati dan mengamalkan sila-sila Pancasila. 
Kebutuhan akan bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh faktor filosofis, psikologis, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, demokralisasi dalam pendidikan serta serta perluasan program pendidikan. Latar belakang filosofis berkaitan dengan pandangan tentang hakekat manusia. Salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya semangat memberikan bimbingan adalah filsafat humanisme, aliran filsafat ini berpandangan bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan melalui bimbingan pekerjaan sehingga pengangguran dapat dihapuskan. Mereka berpandangan bahwa sekolah adalah tempat yang baik untuk memberikan bimbingan pekerjaan dalam uaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 
Latar belakang psikologis berkaitan erat dengan proses perkembangan manusia yang sifatnya unik, berbeda dari individu lain dalam perkembangannya. Implikasinya dari keragaman ini ialah bahwa individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan untuk memilih dan mengembangkan diri sesuai denngan keunikan atau tiap-tiap potensi tanpa menimbulkan konflik dengan lingkungannya dari sisi keunikan dan keragaman individu, diperlukan bimbingan untuk membantu setiap individu mencapai perkembangan yang sehat di dalam lingkungannya.
Pelayanan bimbingan konseling di sekolah di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1960-an, mulai tahun 1975 pelayanan bimbingan dan konseling telah secara resmi memasuki sekolah-sekolah yaitu dengan dicantumkannya pelayanan tersebut pada kurikulum 1975 yang berlaku di sekolah-sekolah seluruh Indonesia, pada jenjang SD, SLTP dan SLTA. Pada kurikulum 1984 keberadaan bimbingan dan konseling lebih dimantapkan lagi. 
Sejak tahun 1989 berlaku sejumlah peraturan perundangan baru dalam bidang pendidikan. Peraturan dasar pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah No. 27, No. 28, No. 29 dan No. 30 tahun 1980, No. 72 dan No. 73 tahun 1991, serta No. 38 tahun 1992 masing-masing tentang pendidikan prasekola, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pendidikan luar biasa, pendidikan luar sekolah, dan tenaga kependidikan, secara resmi berlaku. Peraturan perundangan tersebut mengakui sepenuhnya adanya berbagai tenaga yang berperanan di dalam dunia pendidikan, selain guru. Undang-undang No. 2 tahun 1989 menjelaskan bahwa kependidikan meliputi tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar (Pasal 27 ayat 2), tenaga pendidik bertugas membimbing, mengajar dan/atau melatih peserta didik (Pasal 1 ayat 8). Dalam pengertian tersebut jelaslah bahwa pekerjaan bimbingan di sekolah merupakan salah satu tugas dari tenaga pendidik dengan kata lain tugas pendidik salah satu di antaranya adalah membimbing. 
Dalam surat Keputusan Menteri pendayagunaan aparatur negara, No. 26 tahun 1989 menyebutkan secara eksplisit pekerjaan bimbingan dan penyuluhan (konseling) dan pekerjaan mengajar yang satu sama lain berkedudukan seimbang dan sejajar. Dalam SK tersebut bahwa seorang guru di sekolah dapat mengerjakan kegiatan mengajar atau kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan. Keberadaan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah dipertegas lagi oleh peraturan pemerintah No. 28 tahun 1990 (tentang pendidikan dasar) dan no. 29 tahun 1990 (tentang pendidikan menengah). 
Gambaran bimbingan dan konseling dalam lampiran keputusan menteri pendayagunaan aparatur negara menegaskan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan dan ruang lingkupnya jelas, lebih jelas, mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja dan pemuda sebagian besar berada di luar sekolah dan mengingat pula bahwa permasalahan yang dialami manusia tidak hanya terdapat di sekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-daerah yang lebih luas di luar sekolah. Anak-anak, para remaja dan pemuda bahkan orang-orang dewasa di dalam keluarga, di dalam lembaga-lembaga kemungkinan untuk menghadapi masalah dalam kehidupan dan perkembangannya. 
Beberapa generalisasi yang menggambarkan karakteristik utama kegiatan bimbingan dan konseling yaitu :
  1. Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan itu sendiri yakni sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia, mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya.
  2. Hubungan dalam bimbingan dan konseling bersifat interpersonal. Hubungan konseling terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan klien. Hubungan ini tidak hanya bersifat kognitif dan dangkal, tetapi melibatkan semua unsur kepribadian dari dua belah pihak yang meliputi pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan dan lain-lain. Dalam bimbingan konseling, kedua belah pihak hendaknya menunjukkan kepribadian yang asli. Hal ini dimungkinkan karena konseling itu dilakukan secara pribadi dan dalam suasana rahasia.
Keefektifan layanan bimbingan dan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan antara konselor dan kliennya. Dilihat dari segi konselor, kualitas hubungan itu bergantung pada kemampuannya dalam menerapkan teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya. 

Nurihsan (2006 ; 9), mengemukakan bahwa pelaksanaan bimbingan perlu memperhatikan beberapa prinsip, yaitu sebagai berikut :
  1. Bimbingan adalah suatu proses membantu individu agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
  2. Hendaknya bimbingan bertitik tolak (berfokus) pada individu yang dibimbing.
  3. Bimbingan diarahkan pada individu memiliki karakteristik tersendiri. Oleh karena itu, pemahaman keragaman dan kemampuan individu yang dibimbing sangat diperlukan dalam pelaksanaan bimbingan.
  4. Masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh tim pembimbing di lingkungan lembaga pendidikan hendaknya diserahkan kepada ahli atau lembaga yang berwenang menyelesaikannya.
  5. Bimbingan dimulai dengan identifikasi kebutuhan yang dirasakan oleh individu yang akan dibimbing.
  6. Bimbingan harus luwes danfleksibel sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat.
  7. Program bimbingan di lingkunganlembaga pendidikan tertentu harus sesuai dengan program pendidikan pada lembaga yang bersangkutan.
  8. Hendaknya, pelaksaan program bimbingan dikelola oleh orang yang memiliki keahlian dalam bidang bimbingan, dapat bekerja sama dan menggunakan sumber-sumber yang relevan yang berada di dalam ataupun di luar lembaga penyelenggaraan pendidikan.
  9. Hendaknya, pelaksanaaan program bimbingan dievaluasi untuk mengetahui hasil dan pelaksanaan program. 
Dalam menghadapi suatu kasus yang dialami oleh seseorang, ada tiga hal utama yang perlu diselenggarakan, yaitu penyikapan, pemahaman, dan penanganan terhadap kasus tersebut. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kasus dilakukan untuk mengetahui lebih jauh berbagai seluk beluk kasus tersebut, tidak hanya sekedar mengerti permasalahannya atas dasar deskripsi yang telah dikemukakan pada awal pengenalan kasus semata-mata. 
Satu hal lagi yang dapat menjadi bekal bagi pengembangan pemahaman terhadap suatu kasus ialah bagaimana dapat dibayangkan berbagai kemungkinan yang bersangkut paut dengan kasus itu, terutama dilihat dari segi rincian permasalahannya, kemudian sebab-sebabnya dan kemudian akibat-akibatnya. Kemungkinan-kemungkinan yang dibayangkan itu dpat menjadi arah awal bagi upaya penjelajahan untuk lebih memahami kasus-kasus yang terjadi pada murid. 
Dalam perencanaan program layanan bimbingan konseling, beberapa aspek penting yang perlu dilakukan, yaitu :
  1. Analisis kebutuhan dan permasalahan siswa.
  2. Penentuan tujuan program layanan bimbingan yang hendak dicapai.
  3. Analisis situasi dan kondisi di sekolah.
  4. Penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan.
  5. Penetaan metode dan teknik yang akan digunakan dalam kegiatan.
  6. Penetapan personel-personel yang akan digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan.
  7. Persiapan fasilitas dan biaya pelaksanakan kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan, serta
  8. Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usaha-usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan.
Dalam bimbingan konseling ada empat jenis alayanan utama yaitu (1) layanan dasar bimbingan, (2) layanan responsif, (3) layanan perencanaan individual dan (4) dukungan sistem. 
Layanan dasar bimbingan merupakan layanan bimbingan yang bertujuan membantu para individu mengembangkan perilaku efektif dan keteampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan. Layanan dasar bimbingan ini ditujukan untuk seluruh individu, dilaksanakan dengan menggunakan strategi bimbingan klasikal dan dinamika kelompok. 
Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh individu saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok dan konsultasi. 

Isi layanan responsif ini adalah bidang :

a. Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, layanan responsif terkait dengan layanan mengatasi masalah kesulitan dalam memilih pendidikan, jurusan, program studi yang cocok dengan minat, bakat dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
b. Belajar
Dalam bidang belajar, layanan responsif terkait dengan layanan mengatasi masalah kesulitan dalam belajar, mengatur cara belajar, memprioritaskan pelajaran, serta strategi dan teknik belajar.
c. Sosial
Dalam bidang sosial, layanan responsif terkait dengan layanan mengatasi masalah kesulitan dalam hubungan sosial, kesulitan dengan menyesuaikan dengan lingkungan keluarga, tetangga, teman, sekolah dan masyarakat.
d. Pribadi
Dalam bidang pribadi, layanan responsif terkait dengan layanan mengatasi masalah kesulitan dalam mengatasi konflik internal pribadi, kesulitan dalam mengambil keputusan, dan kesulitan dalam mengendalikan diri serta mengarahkan diri.
e. Karier
Dalam bidang karier, layanan responsif terkait dengan layanan mengatasi masalah kesulitan dalam memilih pekerjaan yang cocok dengan minat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya, kesulitan dalam memenuhi karier atau syarat dari suatu pekerjaan dan kesulitan dalam mengendalikan diri dengan lingkungan pekerjaan.
f. Tata tertib di sekolah
g. Narkotika dan perjudian
h. Perilaku seksual serta
i. Kehidupan lainnya 

Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu individu membuat dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karier dan sosial pribadinya. Membantu individu memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya sendiri, kemudian merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencananya sesuai dengan pemantauan dan pemahamannya. Teknik bimbingannya adalah konsultasi dan koseling.
Isi perencanaan individual adalah :
  1. Bidang pendidikan dengan topik-topik belajar yang efektif, belajar memantapkan program keahlian yang sesuai dengan bakat, minat dan karakteristik kepribadian lainnya.
  2. Bidang karier dengan topik-topik mengidentifikasi kesempatan karier yang ada di lingkungan masyarakat, mengembangkan sikap positif terhadap dunia kerja dan merencanakan kehidupan kariernya
  3. Bidang sosial-pribadi dengan topik mengembangkan konsep diri yang positif, mengembangkan keterampilan-keterampilan sosial yang tepat, belajar menghindari konflik dengan teman, dan belajar memahami perasaan orang lain.
Dukungan sistem merupakan kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat, dari masyarakat yang lebih luas, manajemen program serta penelitian dan pengembangan. 
Penilaian bimbingan di sekolah adalah segala upaya, tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan. 
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung berperan memantu peserta didik dalam memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik.
Dalam keseluruhan kegiatan layanan bimbingan dan konseling, penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan layanan bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi ini dpat diketahui sampai sejauh mana derajat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan. Berdasarkan informasi ini dapat ditetapkan langkah-langkah tindak lanjut untuk memperbaiki dan mengembangkan program selanjutnya 
Ada dua macam kegiatan penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana keefektivan layanan bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektivan layanan bimbingan dilihat dari hasilnya.
Aspek yang dinilai, baik proses maupun hasil antara lain :
  1. Kesesuaian anatara program dengan pelaksanaan.
  2. Keterlaksanaan program.
  3. Hambatan-hambatan yang dijumpai.
  4. Dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan belajar mengajar.
  5. Respon siswa, personel sekolah, orang tua, dan masyarakat terhadap layanan bimbingan.
  6. Perubahan kemajuan siswa dilihat dari pencapaian tujuan layanan bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil belajar.
  7. Keberhasilan siswa setelah menyelesaikan sekolah, baik pada studi lanjutan maupun pada kehidupan masyarakat.

B. Penanganan Psikis pada Peserta Didik 

Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha yang dilaksanakan dengan sadar, dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku terdidik ke arah yang diharapkan. Karena usaha ini, yaitu mengubah tingkah laku terdidik, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, tidak begitu saja terlaksana atau terwujud dengan segera, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama, maka tepatlah bila dikatakan bahwa usaha pendidikan itu merupakan suatu “proses” selanjutnya, agar usaha tersebut membuahkan hasil yang diharapkan dalam arti membuahkan pribadi-pribadi yang berkembang secara wajar dan efektif maka usaha yang dijalankan di samping menghendaki kesabaran juga harus selaras dengan sifat dan hakikat terdidik. 
Perlu diingat bahwa pendekatan terhadap tiap masalah pendidikan boleh jadi dibatasi oleh sifat masalahnya sendiri atau oleh kesulitan dalam mengadakan dan menentukan kontrol-kontrol yang memadai kenyataan ini menghendaki pendekatan tertentu, dalam arti harus menyesuaikan dengan sifat dan jenis masalahnya.
Adapun penanganan yang dapat digunakan yaitu dengan beberapa metode yaitu :
1. Metode percobaan (eksperimental) 
Mengetes keyakinan atau pendapat tentang tingkah laku manusia dalam situasi atau kondisi tertentu. Dengan kata lain eksperimen ini dilakukan dengan anggapan bahwa semua situasi atau kondisi itu dapat dikontrol dengan teliti, yang keadaannya berbeda dari observasi yang terkontrol.
 
2. Metode pengamatan (observasi)
Pengamatan atau observasi bias dibedakan menjadi dua yaitu pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis. Dalam hubungan ini telah diperlihatkan oleh anak-anak pada taman kanak-kanak dan dalam situasi permainan bebas. Misalnya studi yang dilakukan oleh Bakker dan kawan-kawannya tentang anak-anak yang cenderung memperlihatkan tingkah laku yang regresif karena dikecewakan. Tingkah laku yang serupa ini ditandai oleh reaksi-reaksi yang keakanak-kanakan, yang sering disertai dengan menangis, menjerit-jerit dan bertingkah marah. Hal yang sama juga berlaku pada orang-orang dewasa.
 
3. Metode genetik
Yakni perkembangan sosialnya kemudian dicatat dengan cermat. Pendekatannya bisa menempuh satu atau dua pendekatan sekaligus yaitu : cross-sectional (horizontal) dan longitudinal (vertikal)
 
4. Metode riwayat hidup atau klinis (the case history or clinical method). Metode riwayat hidup ini biasanya penerapannya terbatas untuk mencoba memecahkan kesulitan-kesulitan yang benar-benar dihadapi pelajar.
 
5. Metode test (test method). Tes merupakan instrument riset yang penting dalam psikologi masa sekarang. Tes digunakan untuk menakar semua jenis kemampuan, minat, bakat, prestasi, sikap dan ciri kepribadian.
                                                                                                                       

BAB III PENUTUP KESIMPULAN

 Perlunya Bimbingan Konseling

 Kebutuhan akan bimbingan dan konseling sangat dipengaruhi oleh faktor filosofis, psikologis, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, demokralisasi dalam pendidikan serta serta perluasan program pendidikan. Latar belakang filosofis berkaitan dengan pandangan tentang hakekat manusia. Salah satu aliran filsafat yang berpengaruh besar terhadap timbulnya semangat memberikan bimbingan adalah filsafat humanisme, aliran filsafat ini berpandangan bahwa manusia memiliki potensi untuk dapat dikembangkan melalui bimbingan pekerjaan sehingga pengangguran dapat dihapuskan. Mereka berpandangan bahwa sekolah adalah tempat yang baik untuk memberikan bimbingan pekerjaan dalam uaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penanganan Psikis pada Peserta Didik 

Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha yang dilaksanakan dengan sadar, dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku terdidik ke arah yang diharapkan. Karena usaha ini, yaitu mengubah tingkah laku terdidik, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, tidak begitu saja terlaksana atau terwujud dengan segera, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama, maka tepatlah bila dikatakan bahwa usaha pendidikan itu merupakan suatu “proses” selanjutnya, agar usaha tersebut membuahkan hasil yang diharapkan dalam arti membuahkan pribadi-pribadi yang berkembang secara wajar dan efektif maka usaha yang dijalankan di samping menghendaki kesabaran juga harus selaras dengan sifat dan hakikat terdidik.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Bimbingan Konseling
Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/bimbingan-konseling.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar