Selasa, 14 Mei 2013
0
komentar
Geografi
adalah ilmu tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan (variasi) keruangan
atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal
dari Bahasa Yunani yaitu gê ("Bumi") dan graphein
("menulis", atau "menjelaskan").
Geografi
juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal adalah
Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).
Geografi
lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya
menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak
di tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang."
Geografi mempelajari hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga
mempelajari akibat yang disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.
KONSEP
1. Lokasi,
adalah konsep utama yang akan digunakan untuk mengetahui fenomena geosfer. Konsep lokasi dibagi atas :
- Lokasi Absolut, lokasi menurut letak lintang dan bujur bersifat tetap.
- Lokasi Relatif, lokasi yang tergantung pengaruh daerah sekitarnya dan sifatnya berubah.
2. Jarak,
yaitu panjang antara dua tempat. Terdiri antara atas :
- Jarak Mutlak, satuan panjang yang diukur dengan kilometer.
- Jarak Relatif, jarak tempuh yang menggunakan satuan waktu
3. Keterjangkauan,
menyangkut ketercapaian untuk menjangkau suatu tempat, sarana apa yang
digunakan, atau alat komunikasi apa yang digunakan dan sebagainya.
4. Pola,
berupa gambar atau fenomena geosfer seperti pola aliran sungai, pola pemukiman,
lipatan patahan dan lain-lain.
5. Morfologi,
menunjukkan bentuk muka bumi sebagai hasil tenaga endogen dan eksogen yang
membentuk dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan.
6. Aglomerasi,
pengelompokan fenomena di suatu kawasan dengan latar belakang adanya
unsur-unsur yang lebih memberi dampak positif.
7. Nilai
Kegunaan, manfaat yang diberikan oleh suatu wilayah di muka bumi pada makhluk
hidup, tidak akan sama pada semua orang.
8. Interaksi
Interdependensi, keterkaitan ruang antara satu dengan yang lain, misalnya
interaksi antara desa dengan kota.
9. Diferensiasi
Area, daerah-daerah yan terdapat di muka bumi berbeda satu sama lain. Dapat
dicermati dari corak yang dimiliki oleh suatu wilayah dengan wilayah yang
lainnya.
10.Keterkaitan
keruangan, hubungan antara penyebaran suatu unsur dengan unsur yang lain pada
suatu tempat.
KARAKTERISTIK GEOGRAFIS
Penginderaan Jauh
Penginderaan
Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing, adalah ilmu, teknologi
dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di (dekat)
permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji,
melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan energi
yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman
tersebut dalam bentuk citra. Pengertian 'tanpa kontak langsung' di sini dapat
diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit berarti bahwa memang tidak ada
kontak antara objek dengan analis, misalnya ketika data citra satelit diproses
dan ditransformasi menjadi peta distribusi temperatur permukaan pada saat
perekaman. Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan dalam bentuk aktivitas
'ground truth', yaitu pengumpulan sampel lapangan untuk dijadikan dasar
pemodelan melalui interpolasi dan ekstrapolasi pada wilayah yang jauh lebih
luas dan pada kerincian yang lebih tinggi.
Pada
awalnya penginderaan jauh kurang dipandang sebagai bagian dari geografi,
dibandingkan kartografi. Meskipun demikian, lambat laun disadari bahwa
penginderaan jauh merupakan satu-satunya alat utama dalam geografi yang mampu
memberikan synoptic overview --pandangan secara ringkas namun menyeluruh-- atas
suatu wilayah sebagai titik tolak kajian lebih lanjut. Penginderaan jauh juga
mampu menghasilkan berbagai macam informasi keruangan dalam konteks ekologis
dan kewilayahan yang menjadi ciri kajian geografis. Di samping itu, dari sisi
persentasenya, pendidikan penginderaan jauh di Amerika Serikat, Australia dan
Eropa lebih banyak diberikan oleh bidang ilmu (departemen, 'school' atau
fakultas) geografi.
Dari
segi metode yang digunakan, dikenal metode penginderaan jauh manual atau visual
dan metode penginderaan jauh digital. Penginderaan jauh manual memanfaatkan
citra tercetak atau 'hardcopy' (foto udara, citra hasil pemindaian skaner di
pesawat udara maupun satelit) melalui analisis dan interpretasi secara
manual/visua]. Penginderaan jauh digital menggunakan citra dalam format
digital, misalnya hasil pemotretan kamera digital, hasil pemindaian foto udara
yang sudha tercetak, dan hasil pemindaian oleh sensor satelit, dan
menganalisisnya dengan bantuan komputer. Baik metode manual maupun digital
menghasilkan peta dan laporan. Peta hasil metode manual dapat dikonversi
menjadi peta tematik digital melalui proses digitisasi (sering diistilahkan
digitasi). Metode manual kadangkala juga dilakukan dengan bantuan komputer,
yaitu melalui proses interpretasi di layar monitor (on-screen digitisation),
yang langsung menurunkan peta digital. Metode analisis citra digital menurunkan
peta tematik digital secara langsung. Peta-peta digital tersebutd dapat di-'lay
out' dan dicetak untuk menjadi produk kartografis (disebut basis dat
kartografis), namun dapat pula menjaid masukan (input) dalam suatu sistem
informasi geografis sebagai basis data geografis. Peta-peta itu untuk
selanjutnya menjaid titik toak para geografiwan dalam menjalankan kajian
geografinya.
Kartografi
Kartografi
mempelajari representasi permukaan bumi dengan simbol abstrak. Bisa dibilang,
tanpa banyak kontroversi, kartografi merupakan penyebab meluasnya kajian
geografi. Kebanyakan geografer mengakui bahwa ketertarikan mereka pada geografi
dimulai ketika mereka terpesona oleh peta di masa kecil mereka. walaupun
subdisiplin ilmu geografi lainnya masih bergantung pada peta untuk menampilkan
hasil analisisnya, pembuatan peta itu sendiri masih terlalu abstrak untuk
dianggap sebagai ilmu terpisah.
Kartografi
berkembang dari kumpulan teknik menggambar menjadi bagian sebuah ilmu. Seorang
kartografer harus memahami psikologi kognitif dan ergonomi untuk membuat simbol
apa yang cocok untuk mewakili informasi tentang bumi yang bisa dimengerti orang
lain secara efektif, dan psikologi perilaku untuk mempengaruhi pembaca memahami
informasi yang dibuatnya. Mereka juga harus belajar geodesi dan matematika yang
tidak sederhana untuk memahami bagaimana bentuk bumi berpengaruh pada
penyimpangan atau distorsi dari proses proyeksi ke bidang datar.
RUANG LINGKUP GEOGRAFI
Perencanaan Kota dan Wilayah
Perencanaan
kota dan wilayah menggunakan ilmu geografi untuk membantu mempelajari bagaimana
membangun (atau tidak membangun) suatu lahan menurut kriteria tertentu,
misalnya keamanan, keindahan, kesempatan ekonomi, perlindungan cagar alam tau
cagar budaya, dsb. Perencanaan kota, baik kota kecil maupun kota besar, atau
perencanaan pedesaan mungkin bisa dianggap sebagai geografi terapan walau
mungkin terlihat lebih banyak seni dan pelajaran sejarah. Beberapa masalah yang
dihadapi para perencana wilayah diantaranya adalah eksodus masyarakat desa dan
kota dan Pertumbuhan Pintar (Smart Growth).
Ilmu Wilayah
Pada
tahun 1950-an, gerakan ilmu wilayah muncul, dipimpin oleh Walter Isard untuk
menghasilkan lebih banyak dasar kuantitatif dan analitis pada masalah geografi,
sebagai tanggapan atas pendekatan kualitatif pada program geografi tradisional.
Ilmu wilayah berisi pengetahuan bagaimana dimensi keruangan menjadi peran
penting, seperti ekonomi regional, pengelolaan sumber daya, teori lokasi,
perencanaan kota dan wilayah, transportasi dan komunikasi, geografi manusia,
persebaran populasi, ekologi muka bumi dan kualitas lingkungan.
Pendidikan Tinggi Geografi
Di
Indonesia, perguruan tinggi yang membuka program studi Geografi sebagai ilmu
murni hanya dua perguruan tinggi negeri (Universitas Indonesia (UI) dan UGM
(Universitas Gadjah Mada) dan satu perguruan tinggi swasta (Universitas
Muhammadiyah Surakarta). Sedangkan program studi Pendidikan Geografi ada di 45
perguruan tinggi.
UGM,
Geografi telah berkembang lebih jauh sehingga menjadi Fakultas tersendiri sejak
tahun 1963, yaitu Fakultas Geografi. Saat ini telah mempunyai jenjang
pendidikan tinggi dari D3 (diploma) Penginderaan Jauh dan SIG, S1, S2 dan S3.
Fakultas Geografi UGM juga mempelajari ilmu Perencanaan dan Pengembangan
wilayah.
Di
UI, Geografi menjadi jurusan dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(MIPA). Geografi dipelajari sebagai bagian terapan ilmu-ilmu murni sejajar
dengan Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi.
Fakultas
Geografi UMS didirikan oleh sejumlah alumni dan dosen Fakultas Geografi UGM.
Para Alumni Pendidikan Tinggi Geografi kemudian membentuk sebuah asosiasi
profesi yang disebut dengan Ikatan Geografiwan Indonesia (IGI). Disamping itu,
dalam wadah yang lebih sempit, para Geografiwan dari UGM juga mempunyai wadah
Ikatan Geografiwan Universitas Gadjah Mada (disingkat IGEGAMA).
Bakosurtanal,
salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) berkumpul banyak alumni
Geografi, baik dari UI, UGM maupun UMS.
TEORI GEOGRAFI
Sebuah
teori lahir dari keingintahuan akan suatu kejadian atau keadaan. Tidak mudah
untuk mempercayai sebuah teori baru, apalagi jika teori tersebut lahir ditengah
kondisi masyarakat yang memiliki kepercayaan yang berbeda. Tapi itulah
kenyataan yang harus dihadapi oleh para ilmuwan di awal-awal penemuan mereka.
Hal
utama yang dihadapi untuk mengerti lebih jauh lagi tentang Tata Surya adalah
bagaimana Tata Surya itu terbentuk, bagaimana objek-objek didalamnya bergerak
dan berinteraksi serta gaya yang bekerja mengatur semua gerakan tersebut. Jauh
sebelum Masehi, berbagai penelitian, pengamatan dan perhitungan telah dilakukan
untuk mengetahui semua rahasia dibalik Tata Surya.
Pembentukan
Tata Surya bisa dibagi dalam dua kelompok besar yakni masa sebelum Newton dan
masa sesudah Newton.s
Permulaan Perhitungan
Ilmiah
Perhitungan
secara ilmiah pertama kali dilakukan oleh Aristachrus dari Samos (310-230 BC).
Ia mencoba menghitung sudut Bulan-Bumi-Ma
Pengamatan
pertama kali dilakukan oleh bangsa China dan Asia Tengah, khususnya dalam
pengaruhnya pada navigasi dan pertanian. Dari para pengamat Yunani ditemukan
bahwa selain objek-objek yang terlihat tetap di langit, tampak juga objek-objek
yang mengembara dan dinamakan planet. Orang-orang Yunani saat itu menyadari
bahwa Matahari, Bumi, dan Planet merupakan bagian dari sistem yang berbeda.
Awalnya mereka memperkirakan Bumi dan Matahari berbentuk pipih tapi Phytagoras
(572-492 BC) menyatakan semua benda langit berbentuk bola (bundar).
Sampai
dengan tahun 1960, perkembangan teori pembentukan Tata Surya bisa dibagi dalam
dua kelompok besar yakni masa sebelum Newton dan masa sesudah Newton.
tahari
dan mencari perbandingan jarak dari Bumi-Matahari, dan Bumi-Bulan. Aristachrus
juga merupakan orang pertama yang menyimpulkan Bumi bergerak mengelilingi
Matahari dalam lintasan berbentuk lingkaran yang menjadi titik awal teori
Heliosentrik. Jadi bisa kita lihat kalau teori heliosentrik bukan teori yang
baru muncul di masa Copernicus. Namun jauh sebelum itu, Aristrachrus sudah
meletakkan dasar bagi teori heliosentris tersebut.
Pada
era Alexandria, Eratoshenes (276-195BC) dari Yunani berhasil menemukan cara
mengukur besar Bumi, dengan mengukur panjang bayangan dari kolom Alexandria dan
Syene. Ia menyimpulkan, perbedaan lintang keduanya merupakan 1/50 dari
keseluruhan revolusi. Hasil perhitungannya memberi perbedaan sebesar 13% dari
hasil yang ada saat ini.
Ptolemy dan Teori Geosentrik
Ptolemy
(c 150AD) menyatakan bahwa semua objek bergerak relatif terhadap bumi. Dan
teori ini dipercaya selama hampir 1400 tahun. Tapi teori geosentrik mempunyai
kelemahan, yaitu Matahari dan Bulan bergerak dalam jejak lingkaran mengitari
Bumi, sementara planet bergerak tidak teratur dalam serangkaian simpul ke arah
timur. Untuk mengatasi masalah ini, Ptolemy mengajukan dua komponen gerak. Yang
pertama, gerak dalam orbit lingkaran yang seragam dengan periode satu tahun
pada titik yang disebut deferent. Gerak yang kedua disebut epycycle, gerak
seragam dalam lintasan lingkaran dan berpusat pada deferent.
Teori heliosentrik dan gereja
Nicolaus
Copernicus (1473-1543) merupakan orang pertama yang secara terang-terangan
menyatakan bahwa Matahari merupakan pusat sistem Tata Surya, dan Bumi bergerak
mengeliinginya dalam orbit lingkaran. Untuk masalah orbit, data yang didapat
Copernicus memperlihatkan adanya indikasi penyimpangan kecepatan sudut orbit
planet-planet. Namun ia mempertahankan bentuk orbit lingkaran dengan menyatakan
bahwa orbitnya tidak kosentrik. Teori heliosentrik disampaikan Copernicus dalam
publikasinya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium kepada Paus Pope
III dan diterima oleh gereja.
Tapi
dikemudian hari setelah kematian Copernicus pandangan gereja berubah ketika
pada akhir abad ke-16 filsuf Italy, Giordano Bruno, menyatakan semua bintang
mirip dengan Matahari dan masing-masing memiliki sistem planetnya yang dihuni
oleh jenis manusia yang berbeda. Pandangan inilah yang menyebabkan ia dibakar
dan teori Heliosentrik dianggap berbahaya karena bertentangan dengan pandangan
gereja yang menganggap manusialah yang menjadi sentral di alam semesta.
Lahirnya Hukum Kepler
Walaupun
Copernicus telah menerbitkan tulisannya tentang Teori Heliosentrik, tidak semua
orang setuju dengannya. Salah satunya, Tycho Brahe (1546-1601) dari Denmark
yang mendukung teori matahari dan bulan mengelilingi bumi sementara planet
lainnya mengelilingi matahari. Tahun 1576, Brahe membangun sebuah observatorium
di pulau Hven, di laut Baltic dan melakukan penelitian disana sampai kemudian
ia pindah ke Prague pada tahun 1596.
Di
Prague, Brahe menghabiskan sisa hidupnya menyelesaikan tabel gerak planet
dengan bantuan asistennya Johannes Kepler (1571-1630). Setelah kematian Brahe,
Kepler menelaah data yang ditinggalkan Brahe dan menemukan bahwa orbit planet
tidak sirkular melainkan elliptik.
Kepler
kemudian mengeluarkan tiga hukum gerak orbit yang dikenal sampai saat ini yaitu
;
- Planet bergerak dalam orbit ellips mengelilingi matahari sebagai pusat sistem.
- Radius vektor menyapu luas yang sama dalam interval waktu yang sama.
- Kuadrat kala edar planet mengelilingi matahari sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata dari matahari.
Kepler
menuliskan pekerjaannya dalam sejumlah buku, diantaranya adalah Epitome of The
Copernican Astronomy dan segera menjadi bagian dari daftar Index Librorum
Prohibitorum yang merupakan buku terlarang bagi umat Katolik. Dalam daftar ini
juga terdapat publikasi Copernicus, De Revolutionibus Orbium Coelestium.
Awal mula dipakainya
teleskop
Pada
tahun 1608, teleskop dibuat oleh Galileo Galilei (1562-1642), .Galileo
merupakan seorang professor matematika di Pisa yang tertarik dengan mekanika
khususnya tentang gerak planet. Ia salah satu yang tertarik dengan publikasi
Kepler dan yakin tentang teori heliosentrik. Dengan teleskopnya, Galileo
berhasil menemukan satelit-satelit Galilean di Jupiter dan menjadi orang
pertama yang melihat keberadaan cincin di Saturnus.
Salah
satu pengamatan penting yang meyakinkannya mengenai teori heliosentrik adalah
masalah fasa Venus. Berdasarkan teori geosentrik, Ptolemy menyatakan venus
berada dekat dengan titik diantara matahari dan bumi sehingga pengamat dari
bumi hanya bisa melihat venus saat mengalami fasa sabit.
Tapi
berdasarkan teori heliosentrik dan didukung pengamatan Galileo, semua fasa
Venus bisa terlihat bahkan ditemukan juga sudut piringan venus lebih besar saat
fasa sabit dibanding saat purnama. Publikasi Galileo yang memuat pemikirannya
tentang teori geosentrik vs heliosentrik, Dialogue of The Two Chief World
System, menyebabkan dirinya dijadikan tahanan rumah dan dianggap sebagai
penentang oleh gereja.
Dasar yang diletakkan
Newton
Di
tahun kematian Galileo, Izaac Newton (1642-1727) dilahirkan. Bisa dikatakan
Newton memberi dasar bagi pekerjaannya dan orang-orang sebelum dirinya terutama
mengenai asal mula Tata Surya. Ia menyusun Hukum Gerak Newton dan kontribusi
terbesarnya bagi Astronomi adalah Hukum Gravitasi yang membuktikan bahwa gaya
antara dua benda sebanding dengan massa masing-masing objek dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua benda. Hukum Gravitasi Newton
memberi penjelasan fisis bagi Hukum Kepler yang ditemukan sebelumnya
berdasarkan hasil pengamatan. Hasil pekerjaannya dipublikasikan dalam Principia
yang ia tulis selama 15 tahun.
Teori
Newton menjadi dasar bagi berbagai teori pembentukan Tata Surya yang lahir
kemudian, sampai dengan tahun 1960 termasuk didalamnya teori monistik dan teori
dualistik. Teori monistik menyatakan bahwa matahari dan planet berasal dari
materi yang sama. Sedangkan teori dualistik menyatakan matahari dan bumi
berasal dari sumber materi yang berbeda dan terbetuk pada waktu yang berbeda.
STUDI KASUS
Saat
ini cukup sulit rasanya menemukan kawasan perumahan, khususnya perumahan
menengah ke bawah yang tidak hanya "berlabel bebas banjir" tapi
benar-benar bebas dari banjir. Banjir yang semula musibah berubah menjadi
hal yang biasa, karena kerapkali terjadi dan bahkan menjadi rutinitas yang
terjadi setiap musim hujan pada suatu kawasan perumahan, seperti yang dialami
beberapa kawasan perumahan di daerah Tangerang, Jakarta, dan Bekasi . Di
Tangerang beberapa kawasan perumahan terendam air antara satu hingga tiga
meter, Jakarta dan Bekasi banjir berkisar antara 20 cm sampai satu meter.
Penghuni kawasan perumahan yang
dilanda banjir nampak pasrah menerima musibah ini, mereka kesulitan untuk
pindah ke lokasi lain karena harga jual rumah turun drastis bahkan tidak ada
yang berminat untuk membelinya, seperti di Perumahan Total Persada Tangerang
harga rumah tipe 21 luas tanah 60 m2 yang telah direnovasi dengan
biaya Rp. 25 juta akan dijual dengan harga yang sangat murah (Rp.10 juta) tidak
ada yang berminat membelinya. Keadaan ini membuat mereka, banjir merupakan hal
biasa dan mereka telah siap menerima kedatangannya setiap tahun.
Kawasan perumahan yang tergolong
menengah ke bawah atau berlokasi dipinggiran kota, yang rata-rata masih menggunakan
air tanah sebagai sumber air bersih (tidak ada PDAM) biasanya tidak hanya
dilanda banjir pada musim hujan tetapi juga dilanda kekeringan atau menurunnya
permukaan air tanah dimusim kemarau.
Salah satu faktor yang menyebabkan
banjir dan menurunnya permukaan air tanah di kawasan perumahan adalah proses
alih fungsi lahan. Proses alih fungsi lahan dari lahan pertanian atau hutan ke
perumahan akan dapat menimbullkan dampak negatif, apabila tidak diikuti oleh
upaya-upaya menyeimbangkan kembali fungsi lingkungan. Disisi lain dipicu oleh
pengembangan fisik bangunan rumah yang terlalu pesat ke arah horisontal yang
menyebabkan tidak adanya lagi area terbuka sebagai resapan air, sehingga air
yang meresap ke dalam tanah menjadi kecil dan memperbesar volume aliran air
permukaan.
Solusi guna mengatasi banjir dan
menurunnnya permukaan air tanah pada kawasan perumahan dapat dilakukan dengan
cara pencegahan sedini mungkin melalui perencanaan dari awal oleh pihak
pengembang perumahan (kontraktor/developer) dengan mengalokasikan lahan untuk
pembuatan konstruksi sumur resapan air atau pompa pengendali banjir.
Tulisan ini merupakan sintesa dari
berbagai kejadian banjir yang melanda kawasan perumahan dan pengetahuan tentang
konstruksi sumur resapan air yang dikumpulkan dari berbagai sumber dengan
harapan dapat dijadikan bahan masukan bagi para pengembang perumahan dan
Intansi yang terkait dalam mewujudkan kawasan perumahan yang berwawasan
lingkungan.
Faktor Penyebab Banjir dan
Menurunnya Permukaan Air Tanah
Berbagai aktivitas manusia dan derap
pembangunan yang berkembang pesat akan mengakibatkan semakin meningkatnya
kebutuhan terhadap lahan. Perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian dan
hutan menjadi lahan untuk perumahan, akan berpengaruh pada berkurangnya tingkat
peresapan air ke dalam tanah yang menyebabkan banjir pada musim hujan dan
menurunnya permukaan air tanah.
Terjadinya banjir pada kawasan perumahan dapat disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya :
- Pengembangan rumah yang melewati batas Garis Sempadan Bangunan (GSB).
- Sistem drainase yang tidak terencana dengan baik
- Masih kurangnya kesadaran para penghuni kawasan permukiman terhadap pengelolaan sampah.
Pengembangan rumah merupakan suatu
kebutuhan dari setiap penghuni kawasan perumahan sejalan penambahan jumlah
anggota keluarga atau untuk kebutuhan lain. Proses pengembangan rumah-rumah
pada suatu kawasan perumahan biasanya berkisar antara 5 sampai 15 tahun atau
dapat lebih cepat tergantung dari lokasi perumahan dan fasilitas umum (fasum)
dan fasilitas sosial (fasos) yang dimiliki perumahan tersebut. Pengembangan
rumah atau penambahan jumlah ruangan terjadi dihampir semua lokasi perumahan,
rumah-rumah dikembangkan kearah horisontal dengan pertimbangan biaya konstruksi
akan lebih murah jika dibandingkan dengan pengembangan kearah vertikal. Hal ini
berakibat garis sempadan bangunan antara 3 – 4 m dari tepi jalan (Saragih,
1997) yang semula diperlukan untuk area resapan air dan penghijauan atau taman
menjadi tidak ada atau berubah menjadi kedap air, sehingga pada waktu musim
hujan volume aliran air permukaan menjadi besar dan volume air yang meresap ke
dalam tanah menjadi sangat sedikit, yang mengakibatkan genangan-genangan air
bahkan banjir dan berkurangnya persediaan air tanah pada lokasi perumahan.
Sistem drainase suatu kawasan
perumahan biasanya direncanakan sesuai dengan jumlah volume air permukaan yang
berasal dari rumah-rumah per-blok dengan kondisi rumah yang standar (rumah
belum dikembangkan). Kondisi ini yang membuat dimensi saluran drainase tidak
dapat menampung lagi volume air permukaan sejalan dengan pengembangan
rumah-rumah, yang berakibat terjadinya genangan-genangan air bahkan banjir pada
kawasan tersebut dan sekitarnya.
Pengelolaan sampah di kawasan
perumahan biasanya dilakukan ada yang bekerjasama dengan dinas kebersihan
Pemerintah Kota (Pemko) atau Pemerintah Kabupaten (Pemkab) dan ada yang
dikelola secara swadaya masyarakat. Pengelolaan secara swadaya masyarakat
sering menimbulkan masalah karena menyangkut kesadaran dan partisipasi dari
masing-masing individu. Pembuangan sampah tidak pada tempatnya merupakan
penyebab awal terjadinya penyempitan saluran drainase tidak dapat berfungsinya
saluran drainase secara optimal, yang berakibat meluapnya air dan berubah menjadi
genangan-genangan bahkan banjir.
Solusi Mengatasi Banjir dan Menurunnya Permukaan Air Tanah
Banjir dan menurunnya permukaan air tanah yang melanda
beberapa kawasan perumahan telah berlangsung cukup lama dan bahkan telah dianggap
sebagai rutinitas yang terjadi setiap tahun. Upaya yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hal tersebut adalah dengan membangun sumur resapan air pada setiap
rumah dalam suatu kawasan perumahan atau membangun pompa pengendali banjir.
Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA)
merupakan alternatif pilihan dalam mengatasi banjir dan menurunnya permukaan
air tanah pada kawasan perumahan, karena dengan pertimbangan : a) pembuatan
konstruksi SRA tidak memerlukan biaya besar, b) tidak memerlukan lahan yang
luas, dan c) bentuk konstruksi SRA sederhana.
Sumur resapan air merupakan rekayasa
teknik konservasi air yang berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga
menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai
tempat menampung air hujan diatas atap rumah dan meresapkannya ke dalam tanah
(Dephut,1994). Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan sumur resapan air
antara lain : (1) mengurangi aliran permukaan dan mencegah terjadinya genangan
air, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya banjir dan erosi, (2)
mempertahankan tinggi muka air tanah dan menambah persediaan air tanah, (3)
mengurangi atau menahan terjadinya intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan
dengan wilayah pantai, (4) mencegah penurunan atau amblasan lahan sebagai
akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, dan (5) mengurangi konsentrasi
pencemaran air tanah (Dephut, 1995).
Sumur resapan air ini berfungsi
untuk menambah atau meninggikan air tanah, mengurangi genangan air banjir,
mencegah intrusi air laut, mengurangi gejala amblesan tanah setempat dan
melestarikan serta menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka panjang (Pasaribu,
1999). Oleh karena itu pembuatan sumur resapan perlu digalakkan terutama pada
setiap pembangunan rumah tinggal.
Ø Bentuk Dan
Ukuran Konstruksi Sumur Resapan Air (SRA)
Bentuk dan ukuran konstruksi SRA
sesuai dengan SNI No. 03-2459-1991 yang dikeluarkan oleh Departemen Kimpraswil
adalah berbentuk segi empat atau silinder dengan ukuran minimal diameter 0,8
meter dan maksimum 1,4 meter dengan kedalaman disesuaikan dengan tipe
konstruksi SRA. Pemilihan bahan bangunan yang dipakai tergantung dari
fungsinya, seperti plat beton bertulang tebal 10 cm dengan campuran 1 Pc : 2
Psr : 3 Krl untuk penutup sumur dan dinding bata merah dengan campuran spesi 1
Pc : 5 Psr tidak diplester, tebal ½ bata (Gambar 2).
SUMBER
- http://afifkrenz.blogspot.com/
- http://bpgreenteam.multiply.com/
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: DEFINISI GEOGRAFI DAN RUANGLINGKUPNYA
Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/definisi-geografi-dan-ruanglingkupnya.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar