Rabu, 09 Januari 2013
0
komentar
Upaya
untuk memperbaiki amalan hati termasuk hal yang sangat penting dan kewajiban
yang sangat ditekankan serta merupakan taqarrub dan ketaatan yang mulia dalam
agama kita. Seorang ulama yang bernama Ahmad bin Hasd ditanya, amalan apakah
yang paling afdhal, beliau menjawab: “Apabila seseorang berusaha menjaga
rahasianya, menjaga hati dan jiwanya agar tidak berpaling dari Allah SWT.”
Sepantasnyalah
setiap muslim untuk selalu memperhatikan hatinya, berusaha memperbaiki hatinya,
menegakkan hatinya untuk senantiasa berada di tempat-tempat yang dicintai dan
diridhoi oleh Allah SWT serta menghilangkan dan membersihkan hati dari segala
hal-hal yang tidak diridhoi oleh Allah SWT.
Amalan-amalan
hati itu banyak macamnya, di antaranya:
1. Mengikhlaskan
agama dan ketaatan kepada Allah SWT.
2. Selalu
bersifat nasehat dan setia kepada Allah SWT, begitu juga kita hendaknya selalu
member nasehat para hamba-hamba Allah, berbuat baik pada mereka dan hendaknya
kita selalu membersihkan hati kita terhadap manusia dari segala macam sifat
dengki, iri hati dan lain-lain.
3. Selalu
berusaha untuk menghadirkan rasa takut dalam berdzikir kepadaNya. Mengkhusu’kan
hati kita pada saat mendengarkan ayat-ayat Allah sebagaimana firmanNya dalam
surat Al-Anfal: 2.
4. Bagaimana
kita memantapkan rasa tawakkal kita pada Allah SWT kita menyandarkan diri
sepenuhnya kepada Allah. Segala urusan, kita serahkan pada Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Mu’min: 44 “…Dan aku menyerahkan urusanku
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hambaNya.” Ada seorang
ulama mengatakan bacaan ini bagus dijadikan doa apabila kita merasakan ada
ancaman-ancaman yang membahayakan. Termasuk juga bacaan yang bagus dibaca, saat
rasa takut menimpa kita ialah: “Cukuplah Allah bagi kami dan Dialah sebaik-baik
pelindung.” Begitu juga pada saat kita merasa kesukaran, kehidupan yang sempit,
atau urusan kita selalu sukar dan sulit, bacaan yang bagus dibaca adalah doanya
Nabi Yunus ketika dia berada di dalam perut ikan. Artinya: “Tidak ada Tuhsn
selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang
yang dzalim.” (QS. Al-Anbiyaa’: 82). Ada seorang sahabat bertanya: “Ya
Rasulullah, apakah doa ini hanya diperuntukkan kepada Nabi Yunus?” Rasulullah
bersabda: “Bahasanya doa ini untuk semua orang-orang beriman.” Jadi amalan hati
yang baik adalah tawakkal. Dalam sebuah kitab: Tawakkal ibarat seekor kuda yang
diberikan beban yang berat, lalu ia hanya bisa duduk dan diam tidak bisa
bergerak, dia hanya pasrah kepada tuannya, begitulah seharusnya kita terhadap
Allah SWT, pasrah dan berserah diri padaNya. “Tiada daya dan kekuatan hanya
milik Allah, siapa yang benar-benar bertawakkal pada Allah, maka Allah cukuplah
baginya.” Tapi di sini juga kita dianjurkan untuk berusaha terlebih dahulu,
sebelum bertawakkal.
5. Takut
pada Allah di waktu sendiri, maupun di tengah-tengah orang banyak.
6. Ridho
pada Allah, Tuhan kita. Islam sebagai agama kita dan Muhammad sebagai Nabi dan
utusan Allah. Menerima semua aturannya dan segala konsekuensinya dengan hati
yang ridho.
7. Kesiapan
kita untuk menderita dengan penderitaan seberat-beratnya, itu lebih baik kita
pilih dari pada kafir terhadap Allah.
8. Perasaan
seorang hamba yang selalu merasa dekat pada Allah.
9. Selalu
merasa adanya kehadiran Allah disetiap kehidupannya. Contoh: Ketika Nabi Yusuf
di penjara, beliau tidak pusing atau benci, malahan dia berdakwah dalam
penjara, karena dia merasa kehadiran Allah di setiap waktu dan hidupnya. Tapi
kita juga tidak boleh berfaham (dari kalimat Allah itu dekat) bahwa Allah di
mana-mana, maksud dari Allah itu dekat bukan zatNya tapi ilmuNya,
penglihatanNya, pengawasanNya. Adapun Allah itu Maha Tinggi dan tidak ada satu
pun di atasNya.
10. Lebih
memilih kecintaan kepada Allah dan rasulNya, dari pada kecintaan selain keduanya.
11. Cinta
karena Allah dan benci karena Allah. Dalam satu hadits Nabi menyatakan: “Ada 3
hal, jika ketiganya dimiliki maka kita akan merasakan manisnya beriman, yaitu:
“Ia benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam
neraka.
12. Memberi
karena Allah dan menahan karena Allah.
13. Segala
gerak kita, diam kita selalu diperuntukkan karena Allah dan kelapangan hati
kita dalam mentaati Allah baik berupa harta, badan dan tenaga kita.
14. Merasa
senang dan gembira kalau sempat melakukan kabaikan dan perasaan sedih jika ia
melakukan dosa dan hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Siapa yang memiliki
sifat ini, maka ia telah memiliki bibit keimanan dalam hatinya.
15. Sifat
hati yang sangat mulia, kalau seseorang itu memberikan kepedulian kepada
orang-orang beriman baik harta maupun tenaga. Siapa-siapa yang mempunyai
perasaan sedih atas penderitaan orang-orang beriman, ini berarti tanda-tanda
adanya keimanan dalam hatinya.
16. Sifat
hati yang mulia. Banyak perasaan malunya, terutama malu melakukan hal-hal yang
tidak sepantasnya dilakukan. “Malu termasuk bagian dari iman.” Iman dan malu
selalu bergandengan.
17. Akhlak
yang baik (Khusnul Khuluk), amalan hati yang sangat baik di mana ia mencintai
orang lain seperti dia mencintai dirinya sendiri.
18. Merasa
kecewa jika ada perbuatan maksiat yang dilakukan di tengah-tengah kita, juga
kita tidak condong / berpijak / mengidolakan orang-orang kafir. Dalam suatu
hadits Nabi bersabda: “Seseorang itu bersama idolanya di akhirat, maka
jadikanlah idola kita Rasulullah, sahabatnya dan orang-orang shaleh, siddiqin,
syuhada.” Inilah amal-amal yang selalu menjadi pusat pandangannya Allah
terhadap hamba-hambaNya. Dalam suatu hadits Nabi: “Sesungguhnya Allah tidak
memandang bentuk tubuh kamu, roman muka kamu, tetapi yang Allah pandang adalah
hati kamu.” Perkataan ulama bernama Abu Hafsah: “Apabila engkau duduk di
hadapan manusia, maka hendaklah kamu menasehati hati kamu, jangan kamu tertipu
dengan banyaknya orang di hadapan kamu, karena sesungguhnya mereka itu hanya
melihat / memperhatikan kamu secara lahiriahmu, namun Allah selalu melihat
hatimu.” Perkataan Umar bin Abdul Azis: “Andaikata kita tidak boleh memberi
nasehat, kecuali kalau kita sudah sempurna, maka tidak ada orang yang akan
member nasehat.” Perkataan Syekh Ibrahim: “Jangan sampai kita menyatakan kita
tidak ingin berdakwah, karena kita belum sempurna, kata beliau, kewajiban kita
pada ilmu ada 2 yaitu mengamalkan dan menyampaikan.”
Kesimpulan:
Marilah
kita berusaha meramaikan hati kita dan memperbanyak dalam hati kita
amalan-amalan yang tidak dilihat manusia, tetapi Allah sangat memperhatikan
amalan hati itu.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Amalan-Amalan Penghias Hati
Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://gioakram13.blogspot.com/2013/01/amalan-amalan-penghias-hati.html?m=0. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar