Kamis, 23 Mei 2013
10
komentar
Sistem pendidikan rnenjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat sebagai suprasistem. Pembangunan sistem pendidikan tidak mempunyai arti apa - apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial di budaya sebagai suprasistem tersebut dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahan intern sistem pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya, suatu perrnasalahan lntern dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masarah di luar sistem pendidikan itu sendiri. Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan ditanah air kita dewasa ini, yaitu:
a. Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan
b. Bagaimana pendidikan dapat membekari peserta didik dengan
keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
1. Jenis Permasalahan pokok pendidikan
seperti telah dikemukakan pada bagian A, pada bagian ini akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya,masalah yang dimaksud yaitu:
1. Masalah pemerataan pendidikan.
2. Masalah mutu pendidikan.
3. Masalah efisiensi pendidikan.
4. Masalah relevansi pendidikan.
1) Masalah pemerataan pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana pendidikan sistem dapat menyediakan kesempatan yang seluas - luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampunga di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di tanah air kita pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan di dalam undang – undang no.4 Tahun 1950 sebagai dasar – dasar pendidikan dan pengajaran disekolah. Pada bab ini XI, pasal 17 berbunyi:
Tiap-tiap warga.negara Republik Indonesia rnempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarar-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu dipenuhi.
selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib berajar Bab VI pasal l0 Ayat l, menyatakan: "semua anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun lamanya." Ayat 2 menyatakan: "Belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari menteri agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar.
Landasan yuridis pemerataan pendidikan tersebut penting sekali artinya, sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan.
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan berajar pada SD, maka mereka memilki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai media massa dan sumber berajar yang tersedia baik mereka itu nantinya berperan sebagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap pembangunan.
OIeh karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam upaya pemerataan pendidikan tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk menyiapkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan" maka setelah pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan terpenuhi, mulai diperhatikan juga upaya pemerataan mutu pendidikan. Hal ini akan dibicarakan pada butir tentang masalah mutu pendidika
Khusus untuk pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang berjenjang dan tiap – tiap jenjang memiliki fungsinya masing – masing maupun kebijakan memperoleh kesempatan pendidikan pada tiap jenjang itu diatur dengan memperhitungkan factor – factor kuantitatif dan kualitatif serta relevansi yang selalu ditentukan proyeksinya secara terus menerus dengan seksama.
Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecahan rnasalah yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah ditempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif.
Cara konvensional antara lain:
a) Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
b) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore)
Cara inovatif antara lain:
a. Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan
b. Bagaimana pendidikan dapat membekari peserta didik dengan
keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan bermasyarakat.
1. Jenis Permasalahan pokok pendidikan
seperti telah dikemukakan pada bagian A, pada bagian ini akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya,masalah yang dimaksud yaitu:
1. Masalah pemerataan pendidikan.
2. Masalah mutu pendidikan.
3. Masalah efisiensi pendidikan.
4. Masalah relevansi pendidikan.
1) Masalah pemerataan pendidikan
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana pendidikan sistem dapat menyediakan kesempatan yang seluas - luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat di tampunga di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Pada masa awalnya, di tanah air kita pemerataan pendidikan itu telah dinyatakan di dalam undang – undang no.4 Tahun 1950 sebagai dasar – dasar pendidikan dan pengajaran disekolah. Pada bab ini XI, pasal 17 berbunyi:
Tiap-tiap warga.negara Republik Indonesia rnempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu sekolah jika syarar-syarat yang ditetapkan untuk pendidikan dan pengajaran pada sekolah itu dipenuhi.
selanjutnya dalam kaitannya dengan wajib berajar Bab VI pasal l0 Ayat l, menyatakan: "semua anak yang sudah berumur 6 tahun berhak dan yang sudah berumur 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah, sedikitnya 6 tahun lamanya." Ayat 2 menyatakan: "Belajar di sekolah agama yang telah mendapat pengakuan dari menteri agama dianggap telah memenuhi kewajiban belajar.
Landasan yuridis pemerataan pendidikan tersebut penting sekali artinya, sebagai landasan pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan guna mengejar ketinggalan kita sebagai akibat penjajahan.
Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan berajar pada SD, maka mereka memilki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai media massa dan sumber berajar yang tersedia baik mereka itu nantinya berperan sebagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap pembangunan.
OIeh karena itu, dengan melihat tujuan yang terkandung di dalam upaya pemerataan pendidikan tersebut yaitu menyiapkan masyarakat untuk menyiapkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pembangunan" maka setelah pelaksanaan upaya pemerataan pendidikan terpenuhi, mulai diperhatikan juga upaya pemerataan mutu pendidikan. Hal ini akan dibicarakan pada butir tentang masalah mutu pendidika
Khusus untuk pendidikan formal atau pendidikan persekolahan yang berjenjang dan tiap – tiap jenjang memiliki fungsinya masing – masing maupun kebijakan memperoleh kesempatan pendidikan pada tiap jenjang itu diatur dengan memperhitungkan factor – factor kuantitatif dan kualitatif serta relevansi yang selalu ditentukan proyeksinya secara terus menerus dengan seksama.
Pemecahan Masalah Pemerataan Pendidikan
Banyak macam pemecahan rnasalah yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah-langkah ditempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif.
Cara konvensional antara lain:
a) Membangun gedung sekolah seperti SD Inpres dan atau ruangan belajar.
b) Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore)
Cara inovatif antara lain:
- Sistem pamong (pendidikan oreh masyarakat, orang tua, dan guru) atau Inpacts system (Instructionar Management by parent, community and, teacher). sistem tersebut dirintis di solo dan didiseminasikan ke beberapa provinsi.
- SD kecil pada daerah terpencil.
- Sistem Guru Kunjung.
- SMP Terbuka (ISOSA _ In School Out off School Approach),
- Kejar Paket A dan B.
- Belajar Jarak Jauh, seperti Universitas Terbuka.
2) Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran rersebut terjun ke lapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk kerja
(performance test)
Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya. Jika tujuan pendidikan nasional dijadikan kriteria, maka pertanyaannya adalah: Apakah keluaran dari suatu sistem pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri dan berkarya, anggota masyarakat yang social dan bertanggung jawab, warganegara yang cinta kepada tanah air dan memiliki rasa kesetiakawanan sosial.
Meskipun disadari bahwa pada hakikatnya produk dengan ciri-ciri seperti itu tidak semata-rnata hasii dari sistem pendidikan sendiri. Tetapi jika terhadap produk seperti itu system pendidikan dianggap rnempunyai andil yang cukup, yang tetap menjadi persoalan ialah bahw& eara pengukuran mutu produk tersebut tidak mudah. Berhubung dengan sulitnya pengukuran terhadap produk tersebut maka jika orang berbicara tentang rnutu pendidikan, umumnya hanya mengasosiasikan dengan hasil belajar yang dikenal sebagai hasil EBTA' Ebtanas, atau trasil Sipenmaru, UMPTN (yang biasa disebut instructional effect), karena ini yang rnudah diukur. Hasil EBTA dan lain-lain tersebut itu dipandang sebagai gambaran tentang hasil pendidikan.
Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu. Jika terjadi belajar yang ridak optimal menghasilkan skor hasil ujian.yang baik maka hamper dapat dipastikan bahwa hasil belajar tersebut adalah semu' Ini berarti bahwa pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemeraraan mutu, Di dalam Tap MPR RI 1988 tentang GBHN dinyarakan bahwa titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkaran mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan, dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan iimu pengetahuan dan teknologi perlu lebih disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika. (Bp-7 pusat. l9g9: 6g.) umumnya kondisi mutu pendidikan. di seluruh tanah air menunjukkan bahwa di daerah pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih rendah daripada di daerah perkotaan.
Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
pada dasarnya pemecahan masarah mutu pendidikarl bersasaran pada perbaikan kualitas komponen pendidikan (utamanya komponen rnasukan mentah untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi, dan komponen masukan instrumental) serta mobilitas komponen - komponen tersebut.
upaya pemecahan masalah mutu pendidikan daram garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut:
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan belum mencapai taraf seperti yang diharapkan. Penetapan mutu hasil pendidikan pertama dilakukan oleh lembaga penghasil sebagai produsen tenaga terhadap calon luaran, dengan sistem sertifikasi. Selanjutnya jika luaran rersebut terjun ke lapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai sebagai konsumen tenaga dengan sistem tes unjuk kerja
(performance test)
Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kualitas keluarannya. Jika tujuan pendidikan nasional dijadikan kriteria, maka pertanyaannya adalah: Apakah keluaran dari suatu sistem pendidikan menjadikan pribadi yang bertakwa, mandiri dan berkarya, anggota masyarakat yang social dan bertanggung jawab, warganegara yang cinta kepada tanah air dan memiliki rasa kesetiakawanan sosial.
Meskipun disadari bahwa pada hakikatnya produk dengan ciri-ciri seperti itu tidak semata-rnata hasii dari sistem pendidikan sendiri. Tetapi jika terhadap produk seperti itu system pendidikan dianggap rnempunyai andil yang cukup, yang tetap menjadi persoalan ialah bahw& eara pengukuran mutu produk tersebut tidak mudah. Berhubung dengan sulitnya pengukuran terhadap produk tersebut maka jika orang berbicara tentang rnutu pendidikan, umumnya hanya mengasosiasikan dengan hasil belajar yang dikenal sebagai hasil EBTA' Ebtanas, atau trasil Sipenmaru, UMPTN (yang biasa disebut instructional effect), karena ini yang rnudah diukur. Hasil EBTA dan lain-lain tersebut itu dipandang sebagai gambaran tentang hasil pendidikan.
Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu. Jika terjadi belajar yang ridak optimal menghasilkan skor hasil ujian.yang baik maka hamper dapat dipastikan bahwa hasil belajar tersebut adalah semu' Ini berarti bahwa pokok permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan.
Masalah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemeraraan mutu, Di dalam Tap MPR RI 1988 tentang GBHN dinyarakan bahwa titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkaran mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan, dan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan khususnya untuk memacu penguasaan iimu pengetahuan dan teknologi perlu lebih disempurnakan dan ditingkatkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan matematika. (Bp-7 pusat. l9g9: 6g.) umumnya kondisi mutu pendidikan. di seluruh tanah air menunjukkan bahwa di daerah pedesaan utamanya di daerah terpencil lebih rendah daripada di daerah perkotaan.
Pemecahan Masalah Mutu Pendidikan
pada dasarnya pemecahan masarah mutu pendidikarl bersasaran pada perbaikan kualitas komponen pendidikan (utamanya komponen rnasukan mentah untuk jenjang pendidikan menengah dan tinggi, dan komponen masukan instrumental) serta mobilitas komponen - komponen tersebut.
upaya pemecahan masalah mutu pendidikan daram garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan manajemen sebagai berikut:
- seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT.
- Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut, misalnya berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan – kegiatan kelompok studi seperti PKG dan lain – lain.
- Penyempurnaan kurikurum, misalnya dengan memberi materi yang lebih esensial dan mengandung ,muatan lokal, metode yang menantang dan mengairahkan berajar, dan melaksanakan evaluasi yang beracuan, PAP.
- Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar.
- Penyempumaan sarana berajar seperti buku paket, media pembelajaran dan peralatan laboratorium.
- Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran.
- Kegiatan pengendalian mutu yang berupa kegiatan – kegiatan :
- Laporan penyelenggaraan pendidikan oleh semua lembaga pendidikan.
- Supervisi dan Monitoring pendidikan dan penilik dan pengawas.
- Sistem ujian nasional / Negara seperti Ebtanas, Sipenmaru / UMPTN.
- Akreditasi terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga.
- Masalah efisiensi Pendidikan
Masaah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu system pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiennya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya, efisiensi tensinya berartl rendah.
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah :
a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.
b. Bagaimana sarana dan prasarana kependidikan difungsikan.
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembangan tenaga.
Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia dengan jatah pengangkatan yang sangat terbatas.
Masalah penempatan guru, khususnya guru bidang penempatan studi, sering mengalami kepincangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat, khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru. setiap pembaruan kurikulum menuntut adanya penyesuaian dari para pelaksana di lapangan.
• Masalah Efisiensi dalam penggunaan Prasarana dan Sarana
Penggunaan prasarana dan sarana pendidikan yang tidak efisien bisa terjadi antara lain sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan kurikulum.
4) Masalah Relevansi Pendidikan
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana system pendidikan dapat menghasilkan iuran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah – masalah yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.
Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisih semua sector pembangunan yang beraneka ragam seperti sector produksi, sector jasa, dan lain – lain.
Sebenarnya criteria relevansi seperti dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi system pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut :
Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting ialah :
a. Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan.
b. Bagaimana sarana dan prasarana kependidikan difungsikan.
c. Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
d. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembangan tenaga.
Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan antara stok tenaga yang tersedia dengan jatah pengangkatan yang sangat terbatas.
Masalah penempatan guru, khususnya guru bidang penempatan studi, sering mengalami kepincangan, tidak disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.
Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan biasanya terlambat, khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru. setiap pembaruan kurikulum menuntut adanya penyesuaian dari para pelaksana di lapangan.
• Masalah Efisiensi dalam penggunaan Prasarana dan Sarana
Penggunaan prasarana dan sarana pendidikan yang tidak efisien bisa terjadi antara lain sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan sering juga karena perubahan kurikulum.
4) Masalah Relevansi Pendidikan
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana system pendidikan dapat menghasilkan iuran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu masalah – masalah yang digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.
Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisih semua sector pembangunan yang beraneka ragam seperti sector produksi, sector jasa, dan lain – lain.
Sebenarnya criteria relevansi seperti dinyatakan tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi system pendidikan pada umumnya dan gambaran tentang kerjaan yang ada antara lain sebagai berikut :
- Status lembaga pendidikan sendiri masih bermacam – macam kualitasnya.
- Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan iuran siap pakai. Yang ada ialah sikap kembang
- Peta kebutuhan tenaga kerja dengan persyaratan yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh lembaga – lembaga pendidikan untuk menyusun programnya tidak tersedia.
Dari keempat macam masalah pendidikan tersebut masing – masing dikatakan teratasi jika pendidikan :
- Dapat rnenyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: Semua warga negara yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
- Dapat rnencapai hasil yang bermutu, artinya: Perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
- Dapat terlaksana secara efisien, artinya: Pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
- Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
Saling Berkaitan antara Masalah-Masalah Pendidikan.
Pada dasamya pernbangunan di bidang pendidikan tentu menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan yang berrnutu sekaligus.
Didalam sejarah terbukti bahwa belum ada suatu Negara yang dari sejarah berdirinya mampu melaksanakan dan memenuhi keinginan seperti itu.
Ada dua factor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan bermutu belum dapat diusahakan pada saat demikian.
Pertama, Gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan dana daya.
Kedua, Kondisi satuan – satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidikan yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya.
Meskipun demikian pemerataan pendidikan tidak dapar diabaikan karena upaya tersebut, terutama pada saat-saat suatu bangsa sedang mulai membangun mempunyai tujuan ganda, yaitu di samping tujuan politis (memenuhi persamaan hak bagi rakyat banyak) juga tujuan pembangunan, yaitu memberikan bekal dasar kepada warga negara agar dapat menerima informasi dan memiliki pengetahuan dasar untuk inengembangkan diri sehingga dapat berpartisipasi daiam pembangunan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya masalah Pendidikan.
• Faktor – faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu :
Pada dasamya pernbangunan di bidang pendidikan tentu menginginkan tercapainya pemerataan pendidikan dan pendidikan yang berrnutu sekaligus.
Didalam sejarah terbukti bahwa belum ada suatu Negara yang dari sejarah berdirinya mampu melaksanakan dan memenuhi keinginan seperti itu.
Ada dua factor yang dapat dikemukakan sebagai penyebab mengapa pendidikan bermutu belum dapat diusahakan pada saat demikian.
Pertama, Gerakan perluasan pendidikan untuk melayani pemerataan kesempatan pendidikan bagi rakyat banyak memerlukan penghimpunan dan pengerahan dana daya.
Kedua, Kondisi satuan – satuan pendidikan pada saat demikian mempersulit upaya peningkatan mutu karena jumlah murid dalam kelas terlalu banyak, pengerahan tenaga pendidikan yang kurang kompeten, kurikulum yang belum mantap, sarana yang tidak memadai, dan seterusnya.
Meskipun demikian pemerataan pendidikan tidak dapar diabaikan karena upaya tersebut, terutama pada saat-saat suatu bangsa sedang mulai membangun mempunyai tujuan ganda, yaitu di samping tujuan politis (memenuhi persamaan hak bagi rakyat banyak) juga tujuan pembangunan, yaitu memberikan bekal dasar kepada warga negara agar dapat menerima informasi dan memiliki pengetahuan dasar untuk inengembangkan diri sehingga dapat berpartisipasi daiam pembangunan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya masalah Pendidikan.
• Faktor – faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu :
- Perkembangan iptek dan seni
- Laju pertumbuhan penduduk
- Aspirasi Masyarakat
- Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
Perkembangan lptek dan Seni
• Perkembangan iptek
• Perkembangan iptek
Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta, dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup rnasyarakat.
• Perkembangan Seni
• Perkembangan Seni
Kesenian merupakan aktivitas berkreasi manusia, secara individual ataupun kelompok yang rnenghasilkan sesuatu yang indah.
Berkesenian menjadi kebutuhan hidup manusia. Melalui kesenian manusia Liapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Seni membutuhkan pengembangan.
• Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada dua hal, yaitu :
a. Pertambahan penduduk, dan
b. Penyebaran penduduk.
Gambaran pertambahan penduduk adalah sebagai berikut :
Dari skarang hingga abad XXI, terus menerus bahan pendudukan akan terjadi pertambahan jumlah penduduk meskipun gerakan KB berhasil.
Berkesenian menjadi kebutuhan hidup manusia. Melalui kesenian manusia Liapat menyalurkan dorongan berkreasi (mencipta) yang bersifat orisinil (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Seni membutuhkan pengembangan.
• Laju Pertumbuhan Penduduk
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada dua hal, yaitu :
a. Pertambahan penduduk, dan
b. Penyebaran penduduk.
Gambaran pertambahan penduduk adalah sebagai berikut :
Dari skarang hingga abad XXI, terus menerus bahan pendudukan akan terjadi pertambahan jumlah penduduk meskipun gerakan KB berhasil.
Tabel
Perkiraan jumlah penduduk
Menurut Bank Dunia Tahun 1986
Pertengahan Abad XXI
Pertengahan Abad XXI
Tahun
|
1986
|
1990
|
2000
|
2050
|
Penduduk
(juta)
|
166
|
178
|
207
|
355
|
Pertambahan penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata dan penurunan angka kematian, rnengakibatkan berubahnya struktur kependudukan, yaitu proporsi penduduk usia sekolah dasar .menurun, sedangkan proporsi penduduk usia sekolah lanjutan, angkatan kerja dan penduduk usia tua meningkat berkat kemajuan bidang gizi dan Kesehatan.
• Penyebaran Penduduk
Penyebaran penduduk di seluruh pelosok tanah air tidak merata Ada daerah yang padat penduduk, terutama di kota-kota besardan daerah yang penduduknya jarang yaitu di daerah pedalaman khususnya di daerah tirpencil yang berlokasi dipegunungan dan di pulau-pulau.
• Aspirasi Masyarakat
Dalam dua dasa warsa terakhir ini. aspirasl masyasyarakat dalam banyak hal meningkat khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat aspirasi terhadap pekerjaan, kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Orang mulai melihat bahwa untuk dapat hidup yang lebih layak dan sehat haruss ada pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidikan memberi jaminan untuk memperoleh
pekerjaan yang layak dan menetap itu. Pendidikan dianggap memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup dan pendakian ditangga sosial. Sebagai akibat dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua mendorong anaknya untuk bersekolah, agar nantinya anak – anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orang tuanya sendiri. Dorongan yang kuat ini juga terdapat pada anak-anak sendiri.
Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara lain ialah seleksi penerimaan siswa pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan menjadi kurang objektif, jumlah murid dan siswa perkelas melebihi yang semestinya, jumlah kelas setiap sekolah membengkak, diada kannya kesempatan belajar bergilir pagi dan sore dengan pengurangan .jam belajar, kekurangan -sarana belajar, kekurangan guru, dan seterusnya. Dampak langsung dan tidak langsung dari kondisi .sebagai, mana digambarkianitu ialah terjadinya penurunan kaidar efektifitas dengan kata lain, massalisasi pendidikan menghambat upaya pemecahan masalah mutu pendidikan. Massalisasi pendidikan ibarat peru-. sahaan konveksi pakaian yang hanya melayani tiga macam ukuran (large, medium, dan, small). Kebutuhan individual yang khusus tidak terlayani.
• Keterbelakangan Budaya dan Sarana Kehidupan
Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh
sekelompok masyarakat (yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya. Bagi rnasyarakat pendukung budaya, kebudayaannya pasti dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan baik. Terlepas dan kenyataan apakah kebudayaannya tersebut tradisional atau sudah ketinggalan zaman. Karena itu penilaian dari masyarakat luar itu dianggap subjektif.
maupun dari dalam lingkungan rnasyarakat-sendiri. Kebudayaan baru itu baik yang bersifat material seperti peralatan-peralatan pertanian, rumah tangga, transportasi, telekomunikasi, dan yang bersifat nonmaterial seperti paham atau konsep baru tentang keluarga berencana, budaya menabung, penghargaan terhadap waktu dan lain-iain. Keterbelakangan budaya terjadi karena :
- Letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat (missal terpencil).
- Penolakan masyarakat terhadap datangnya unsure budaya baru karena tidak dipahami atau karena dikhawatirkan akan merusak sendi masyarakat.
- Ketidak mampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsure kebudayaan tersebut.
Sehubungan dengan factor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya umumnya dialami oleh :
- Masyarakat daerah terpencil.
- Masyarakat yang tidak mampu secara ekonomis
- Masyarakat yang kurang terdidik
- Permasalahan aktual Pendidikan dan Penaggulangannya.
• Permasalahan Aktual Pendidikan di Indonesia
Pendidikan selalu menghadapi masalah, karena selalu terdapat kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan hasil vang dapat dicapai dari proses pendidikan. Permasalahan aktual berupa kesenjangan - kesenjangan yang pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak untuk ditanggulangi.
Beberapa masarah aktual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi masalah-rnasalah keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru, pendidikan dasar 9 tahun, dan pendayagunaan teknologi pendidikan.
Masalah aktual tersebut ada yang mengenai konsep dan ada yang mengenai pelaksanaanya. Misalnya munculnya kurikulum baru adalah masalah konsep.
Berikut ini masalah aktual tersebut akan dibahas satu persatu.
• Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran
Di dalam undang-undang Nornor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
Banyak hambatan yang harus dihadapi dalam pelaksanaan system pendidikan antara lain :
Pendidikan selalu menghadapi masalah, karena selalu terdapat kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan hasil vang dapat dicapai dari proses pendidikan. Permasalahan aktual berupa kesenjangan - kesenjangan yang pada saat ini kita hadapi dan terasa mendesak untuk ditanggulangi.
Beberapa masarah aktual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi masalah-rnasalah keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru, pendidikan dasar 9 tahun, dan pendayagunaan teknologi pendidikan.
Masalah aktual tersebut ada yang mengenai konsep dan ada yang mengenai pelaksanaanya. Misalnya munculnya kurikulum baru adalah masalah konsep.
Berikut ini masalah aktual tersebut akan dibahas satu persatu.
• Masalah Keutuhan Pencapaian Sasaran
Di dalam undang-undang Nornor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
Banyak hambatan yang harus dihadapi dalam pelaksanaan system pendidikan antara lain :
- kurikulum sudah terlalu sarat.
- Pendidikan afektif sulit diprogramkan secara eksplisit karena dianggap
- menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi (hiden curriculum) yang keterlaksanaannya sangat tergantung kepada kemahiran dan pengalaman guru.
- Pencapaian hasil pendidikan afektif rnemakan waktu, sehingga memerlukan ketekunan dan kesabaran pendidik.
- Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah. Bahkan kalau mau berhasil, juga membutuhkan biaya. Misal, jika PR ingin berdaya mendidik (ketekunan, kepercayaan diri, kejujuran kedisiplinan) maka harus diperiksa dengan saksama oleh guru dan hasilnya dikembalikan kepada siswa untuk dibicarakan Untuk itu perlu ada insentif bagi guru.
• Masalah Kurikulum
Pada bagian ini akan dibahas masalah aktual mengenai kurikulum Masalah kurikulum meliputi masalah konsep dan masalah pelaksanaannya. Yang menjadi sumber masalah ini bagaimana system pendidikan dapat mernbekali peserta didik untuk terjun kelapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan sekolah) dan memberikan bekal dasar yang kuat untuk ke perguruan tinggi (bagi mereka yang ingin lanjut).
• Masalah Peranan Guru
Konsep-konsep baru lahir sebagai cerminan humanisme yang memberikan arah baru pada pendidikan. sejalan dengan itu perkembangan iptek yang pesat menyumbangkan cara – cara baru yang lebih mantap terhadap pemecahan masalah pendidikan. dalam realisasinya dipandu oleh kurikulum yang telah disempurnakan. sejalan dengan itu maka guru sebagai suatu komponen system pendidikan juga harus berubah.
• Masalah pendidikan 9 tahun
Keberadaan pendidikan 9 tahun mempunyai landasan yang kuat. UU RI No 2 tahun 1989 Pasal 6 menyatakan tentang hak warga Negara untuk mengikuti pendidikan sekurang – kurangnya tamat pendidikan dasar. Kemudian PP nomor 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar, pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan 9 tahun terdiri atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program pendidikan 3 tahun di SLTP, pasal 3 memuat tujun pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, lebih – lebih pada tahap awal sudah pasti banyak hambatannya, hambatan tersebut ialah :
• Masalah Peranan Guru
Konsep-konsep baru lahir sebagai cerminan humanisme yang memberikan arah baru pada pendidikan. sejalan dengan itu perkembangan iptek yang pesat menyumbangkan cara – cara baru yang lebih mantap terhadap pemecahan masalah pendidikan. dalam realisasinya dipandu oleh kurikulum yang telah disempurnakan. sejalan dengan itu maka guru sebagai suatu komponen system pendidikan juga harus berubah.
• Masalah pendidikan 9 tahun
Keberadaan pendidikan 9 tahun mempunyai landasan yang kuat. UU RI No 2 tahun 1989 Pasal 6 menyatakan tentang hak warga Negara untuk mengikuti pendidikan sekurang – kurangnya tamat pendidikan dasar. Kemudian PP nomor 28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar, pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan 9 tahun terdiri atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program pendidikan 3 tahun di SLTP, pasal 3 memuat tujun pendidikan dasar yaitu memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
Dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, lebih – lebih pada tahap awal sudah pasti banyak hambatannya, hambatan tersebut ialah :
- Realisasi pendidikan dasar yang diatur PP Nomor 28 Tahun 1989 masih harus dicarikan titik temunya dengan PP Nomor 65 Tahun 1951 yang mengatur sekolah dasar sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum dicabut.
- Kurikulum yang belum siap.
- Pada masa transisi para pelaksana pendidikan di lapangan perlu disiapkan melalui bimbingan – bimbinga, penyuluhan, penataran dan lain – lain.
• Upaya Penanggulangan
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah - masalah actual antara lain sebagai berikut :
Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah - masalah actual antara lain sebagai berikut :
- Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup
- berlangsung hanya secara insidental.
- Pelaksanaan ko dan ekstrakurikuier dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun pelulusan.
- Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi dengan yang akan terjun kemasyarakat merupakan hal yang prinsip karena pada dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di pergutuan tinggi.
- Pendidikan tenaga kependidikan perlu diberi perhatian khusus.
- Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun apalagi jika dikaitkan dengan gerakan wajib belajar, perlu diadakan penilitian secara meluas pada masyarakat untuk menemukan faktor penunjang dan utamanya factor penghambatnya.
KESIMPULAN:
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan ditanah air kita dewasa ini, yaitu:
- Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan
- Bagaimana pendidikan dapat membekari peserta didik dengan
Empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya, ialah:
1) Masalah pemerataan pendidikan.
2) Masalah mutu pendidikan.
3) Masalah efisiensi pendidikan.
4) Masalah relevansi pendidikan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu :
1) Perkembangan iptek dan seni
2) Laju pertumbuhan penduduk
3) Aspirasi Masyarakat
4) Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
Permasalahan aktual Pendidikan
1) Masalah keutuhan pencapaian sasaran
2) Masalah kurikulum
3) Masalah peranan guru
4) Masalah pendidikan dasar 9 tahun
Upaya Penanggulangan permasalahan aktual pendidikan:
1) Masalah pemerataan pendidikan.
2) Masalah mutu pendidikan.
3) Masalah efisiensi pendidikan.
4) Masalah relevansi pendidikan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan, yaitu :
1) Perkembangan iptek dan seni
2) Laju pertumbuhan penduduk
3) Aspirasi Masyarakat
4) Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
Permasalahan aktual Pendidikan
1) Masalah keutuhan pencapaian sasaran
2) Masalah kurikulum
3) Masalah peranan guru
4) Masalah pendidikan dasar 9 tahun
Upaya Penanggulangan permasalahan aktual pendidikan:
- Pendidikan afektif perlu ditingkatkan
- Pelaksanaan Ko dan ekstrakulikuler dikerjakandengan penuh kesungguhan dan hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupu pelulusan.
- Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi.
- Pendidikan tenaga kependidikan perlu diberikan perhatian khusus.
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Permasalahan Pokok Pendidikan Dan Penanggulangannya
Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/permasalahan-pokok-pendidikan-dan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
10 komentar:
Salam kenal ya? postingnya bagus sangat bermanfaat, numpang share ya? terima kasih sudh berbagi manfaat
saya izin membagikan makalah ini,, semoga bermanfaat..
@Tris D'Light:
sama Mba...
terimaksi da berkunjung...salm knl jga
Sharing ilmunya sangat bermanfaat .....
ijin copi sbg bahan diskusi
@M Kholil:
Monggo mas.....
@Jerry Lintong:
terimaksih...sdah berkenen brkunjung
Gila, artikelnya pas kek ujian akhir semesterku di umm, makasih banyak ya
Lebih bagus lagi kalo dicantumin sumbernya 🙏😊
Bagus pembahasannya bisa membantu orang lebih paham apa itu masalah pendidikan
Posting Komentar