Posted by Bagio Rabu, 29 Mei 2013 0 komentar

A.  LATAR BELAKANG

  1. Pada  pertengahan abad ke-20 pemikiran-pemikiran Marx dan Engel dimodifikasi oleh Lenin.
  2. Marx meramal kapitalisme jatuh dan digantikan oleh sosialisme di negara Kapitalis Paling maju.
  3. Lenin justru berteori bahwa sosialisme muncul pertama kali di negara kapitalis paling Lemah. Lenin melakukan revolusi di Rusia, yang dikenal dengan revolusi Bolshevik Tahun1917.
  4. Kaum revisionis yang dipimpin oleh Bernstein dan Kausky juga ingin melakukan perubahan-perubahan sosial secara damai. Mereka menginginkan agar sosialisme dijadikan sebagai pilihan sukarela melalui proses politik demokratik, bukan lewat paksaan.
  5. Sosialisme ini di Eropah menjadi berkembang.
  6. Pada  tahun 30-an Lange dan Lerner mengembangkan  teori sosialisme pasar yg didasarkan pada manajemen industri yg terdesentralisasi &  penggunaan penetapan harga yg ditetapkan  secara trial and error oleh suatu badan perencana.
  7. Pada tahun 50-an hingga 70-an Sosialisme pasar dikelola kaum pekerja. Model ini dikembangkan di Yugoslavia dan Hongaria.
  8. Di Soviet berkembang aliran ortodoks baru yang percaya bahwa kapitalisme akan hancur secara peralahan-lahan sebagai dampak krisis yang dialami secara umum.
  9. Di Eropah berkembang sebuah aliran sosialis yang dikenal dengan aliran kiri baru (New Left)
  10. Kaum kiri baru percaya bahwa tranformasi kapitalisme perlu harus dilakukan oleh kaum terpelajar dan intelektual.
  11. Tahun 90-an datanglah masa kehancuran bagi negara-negara sosialis/komunisme. Pada Masa itu Soviet di bawah Mikhail Gorbachev melancarkan Glanost dan Perestoika yang secara langsung maupun tidak langsung berarti ditinggalkannya pemikiran-pemikiran Marx dan Engels serta Lenin.

Zona  Peralihan 
(Transition Zone) 
Merupakan daerah yg mengalami penurunan kualitas lingkungan permukiman secara terus menerus.Penyebabnya adanya pembauran permukiman dgnbangunan bukan  permukiman  seperti: gudang, kantor perdagangan & industri ringan  dari zona 1 yangbanyak menyaplok daerah permukiman. Penyekatanrumah menjadi lebih banyak kamar untuk menampung pekerja/buruh.  Proses yg terus menerus mengakibatkan terbentuknya daerah permukiman kumuh yg semakin cepat.  Kemudian juga out flow  penduduk yang  sudah mampu   ekonominya keluar daerah.
 

B. LENINISME

Vladimir Ilich Lenin (1870-1924) adalah bapak revolusi Rusia. Mendirikan negara  komunis pertama di Rusia. Maksud ini tercapai  melalui Revolusi Bolshevik 1917.
1.KAPITALISME  MONOPOLI DAN IMPERIALISME
Menurut Lenin, kapitalisme pada tahap akhir akan mengarah ke monopoli. Negara kapitalis monopoli akan didominasi oleh perusahaan2 raksasa, kartel & monopoli.Sebagian besar diantaranya beroperasi atas basis internasional. Bangkitnya monopoli sebagai organisasi ekonomi dominan merupakan pertanda bagi tahap akhir kapitalisme.

2.  TEORI PEMBANGUNAN YANG  TAK IMBANG

The theory of uneven development menurut Lenin, pertumbuhan di setiap negara tdk sama, termasuk dinegara2 kapitalis.  Menurut Lenin, hukum tentang pembangunan tak  imbang menjamin kompetisi & konflik global diantara negara2 imperialis sewaktu mereka berebut kontrol atas sumber-sumber & pasar  negara2 jajahan.
Berdasarkan argumentasi di atas Lenin kemudian melancarkan revolusi Bolshevik 1917 di Rusia, dan berhasil mendirikan   Negara   sosialis/komunis pertama di dunia. Lenin juga pendiri partai komunis pertama di dunia, yaitu partai Bolshevik (partai Komunisrusia) di bawah Lenin, Rusia (kemudian menjadi Uni Soviet) adalah negara pertama melaksanakan pembangunan melalui perencanaan terpusat.

C.  REVISIONISME

     Pemikiran Sosialis sesudah Marx dan Engels berfokus pada dua tema :
  1. Tema pertama tentang kemungkinan alokasi sumber daya yang efisien dalam suatu perekonomian sosialis pasar.
  2. Tema kedua adalah kemungkinan perubahan kapitalisme menjadi sosialisme tanpa melalui revolusi kekerasan.
  3. Pakar- pakar sosialis yang mengangap kejatuhan kapitalisme tidak harus revolusi kekerasan. Inilah yang diklarisifikasikan sebagai aliran pemikir revisionis kadang disebut juga deviationists.

 TOKOH-TOKOH REVISIONIS

  • Edward Bernstein  (1850-1932) Menurut  Bernstein, revolusi proletariat selain tidak  diperlukan juga kemungkinan terjadinya sangat  kecil. Dalam jangka panjang masyarakat yang  sudah lebih terdidik ini akan memilih  sosialisme secara sukarela tanpa harus melalui  jalan kekerasan.
  • Mikhail Tugan-Baranovsky (1865-1919) Menurut  Tugan teori Marx tentang krisis dan kejatuhan  kapitalisme keliru.    Ia percaya kapitalisme bisa saja berkembang tanpa batas.  Masyarakat harus bekerja pelan-pelan dan melalui  tahap demi tahap yang terencana bagi pengadopsian  sosialisme tanpa melalui jalan revolusi kekerasan. 
  • Karl Kautsky (1854-1938) Kautsky  melakukan serangan balik pertama atas revisi  Bernstein  tentang     teori-teori Mark. Tahun 1902 ia memformulasikan pandangannya  bahwa suatu     depresi  yang kronis akan mendorong kaum pekerja  memilih alternatif sosialisme dan bahwa reformasi  sosial tidak akan menghentikan antagonisme  kelas-kelas masyarakat. 

D. ALIRAN  KIRI BARU (The New Left)

Secara sederhana,aliran kiri baru dapat diartikan sebagai  kombinasi dari    Marxisme-Leninisme Ortodoks dgn pemikiran2 radikal baru. Perhatian  terhadap Marxisme muncul lagi dengan diterbitkannya  buku Monopoly Capital oleh Paul Baran  & Paul Sweezy tahun 1966, yg memfokuskan  perhatian pada aspek monopolistik perusahaan-perusahaan  raksasa dlm perekonomian modern.  
Wright  mills (1916-1962). Menulis buku The Power  Elite 1956 mengungkapkan bahwa negara kapitalis  Amerika Serikat semakin dikuasai oleh kelompok  elite yg terdiri atas pengusaha-pengusaha besar  & pemilik modal yang berkolaborasi dengan  pemerintah dan pemimpin-pemimpin serikat buruh.
Ernest Mandel1968 menulis buku Marxist Economic  Theory.  Buku ini mereview dan membuat penjelasan-penjelasan  yang lebih sederhana sehingga teori-teori ekonomiMarxis bisa lebih mudah dibaca oleh masyarakat  awam.     Kaum radikal pada umumnya lebih menyukai gagasan desentralisasi  administrasi dan sosialisme pasar. Sinyal-sinyal diberikan pada perencana lewat keputusan-keputusan  pembelian juga lebih diminati kaum radikal  tersebut.

TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL MARXISME.

Akhir perang dingin yang ditandai dengan runtuhnya pertain komunis yang memerintah Rusia dan Eropa timur sekaligus merupakan kemenangan bagi kaum kapitalis penganut pasar bebas. Saat itu banyak pihak yang beranggapan bahwa peristiwa tersebut juga menunjukkan kegagalan teori Marx. Sedangkan partai-partai komunis yang masih bertahan seperti di China, Vietnam, dan Kuba tidak dapat diperhitungkan sebagai ancaman bagi hemegony kapitalisme global. Bahkan negara-negara yang masih menganut paham komunis ini dipaksa untuk menerima logika ”pasar” di negaranya yang disusung kaum kapitalis. Lebih parah lagi di Korea utara di mana kekuasaan ekonomi dan politik berada di bawah kendali negara justru rakyatnya mengalami kelaparan. Hal ini seolah mempertegas bahwa paham komunis tidak lagi dapat dijadikan sebagai suatu alternative.
Namun sepuluh tahun setelah perang dingin usai, paham Marxis mengalami pembaharuan. Setidaknya ada dua alasan mengapa hal ini terjadi: Pertama, setelah runtuhnya Uni Soviet yang merupakan pukulan telak bagi para penganut Marx, para pemikir Marxis banyak melakukan kritik dan pembaharuan terhadap teori Marx. Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu pemikiran baru yang lebih realistis daripada utopia Karl Marx mengenai tatanan masyarakat yang ideal. Kedua, barang kali justru yang paling penting, Teori Sosial Marx sebenarnya memiliki kekuatan dalam hal analisis krisisnya. Para penganut kapitalisme ortodox beranggapan bahwa pasar akan bergerak menuju keseimbangan dan kestabilan, namun pada prakteknya hal itu tidak pernah terjadi. Kejatuhan pasar saham pada tahun 1987 dan krisis ekonomi yang terjadi di Asia pada tahun 1990an menunjukkan bahwa paham kapitalis pun masih rentan terhadap gangguan. Menurut Marx gangguan- gangguan tersebut justru merupakan bagian yang inheren dengan sistem itu sendiri.Secara utuh mungkin paham Marx akan sangat sukar untuk bangkit kembali, namun banyak konsep-konsepnya yang masih sangat relevan untuk digunakan sebagai alat analisis yang baik terhadap gejala-gejala sosial yang terjadi khususnya dalam politik internasional. Menurut Marxis, untuk memahami politik dunia terlebih dahulu harus memahami proses-proses yang terjadi di dalam kapitalisme dunia. Bahkan lebih jaum Marxis berpendapat bahwa efek dari kapitalisme global akan menyebabkan si kaya semakin kaya atas sumbangan dan hasil kerja kaum miskin dan pekerja. Menurut UNDP pada laporannya tahun 1996, kekayaan 358 orang milyuner dunia sama dengan income seluruh penduduk paling miskin dunia yang berjumlah 45% dari populasi penduduk dunia. Dalam bahasa Marx “Akumulasi kekayaan di salah satu titik pada saat yang sama merupakan akumulasi kesengsaraaan di sisi lainnya”. Elemen-elemen Esensial dari Teori Politik DuniaKaum Marxis Pemikiran-pemikiran Marx sangatlah banyak dan seringkali berubah seiring waktu. Hal ini menyebabkan banyak pnerus pemikirannya yang memiliki penafsiran yang berbeda-beda bahkan kontradiktif. Banyak pemikir yang mengklaim idenya dikembangkan secara langsung dari ajaran Marx. Dalamhal teori politik dunia setidaknya ada empat aliran utama yang masing- masing memiliki elemen-elemen esensial tersendiri yang memiliki pengaruh tersendiri terhadap sistem politik dunia. Keempat aliaran tersebut adalah teori sistem dunia, paham Gramci, teori kritis, dan Marxisme baru. Keempat aliran teori tersebut berpendapat bahwa sistem sosial dunia hendaknya dipandang sebagai satu kesatuan. Dalam mempelajari sistem sosial dunia sebagai suatu kesatuan, bagi golongan ini pembagian dalam beberapa bidang disiplin ilmu yaitu sejarah, filsafat, ekonomi, ilmu politik, sosiologi dan hubungan internasional justru tidak mendatangkan suatu manfaat karena satu disiplin ilmu saja tidak akan dapat memahami fenomena yang ada tanpa sudut pandang lainnya. Sistem sosial dunia harus dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh. Dalam ”Magnum Opus” volume satu, Karl Marx menyatakan bahwa, untuk memahami sistem sosial dunia maka secara metodologi dapat dimulai dari hubungan sosial yang paling sederhana kemudian menigkat pada sistem hubungan sosial yang lebih komples dan begitu seterusnya. Namun kebutuhan untuk melakukan operasionalisasi terhadap konsep sistem politik dunia yang total menuntut para ahli teori Marxis untuk malampaui batasan yang merupakan karakteristik disiplin ilmu pengetahuan sosial kontemporer dan membuat suatu pemahaman yang sesuai mengenai dinamika politik dunia.
Elemen pemikiran Marxis lain dalam konteks ini adalah konsep sejarah materialis yang menyatakan bahwa perubahan sejarah yang terjadi tidak lain adalah refleksi dari perkembangan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu perekonomian merupakan motor penggerak bagi perubahan atau perkmbangan masyarakat. Dinamika utama dalam konsep ini adalah hubungan yang terjadi antara tata cara dan sumberdaya produksi (tekhnologi, buruh, dan peralatan) serta relasi organisasi produksi (struktur organisasi, relasi dengan pemerintah, masyarakat). Secara bersama-sama kedua hal ini membentuk dasar bagi perekonomian suatu masyarakat. Seiring dengan tata cara produksi yang berkembang, sebagai contoh dengan adanya kemajuan teknologi, maka akan ada penyesuaian baru terhadap relasi produksi yang selama ini berlaku. Hal ini akan mendorong pada perubahan dasar ekonomi masyarakat dan perubahan sosial. Perubahan dasar perekonomian rakyat akan mengarah pada perubahan peraturan dan superstruktur politik. Kelas memainkan peran utama dalam analisis Marxis. Sebaliknya kaum liberal berpendapat bahwa terdapat hubungan sosial yang harmonis antar berbagai kelompok sosial,Marxis berpendapat bahwa masyarakat terbagi dalam konflik antar kelas. Dalam Comunist Manifesto Marx dan Engel mengatakan bahwa sejarah masyarakat selalu diwarnai dengan konflik antar kelas contohnya seperti borjuis dan proletar. Bagi Marx politik dunia tidak untuk diintepretasikan saja namun untuk dirubah. Marx sangat memperhatikan faktor-faktor pendorong emansipasi. Perhatian Marx ini bukan merupakan suatu jastifikasi terhadap suatu fenomena sosial yang dapat menjadi suatu kepercayaan jangka panjang atau dogma. Namun Marx berpendapat bahwa setiap argumen MarxismeTeori Marxisme lahir dari pemikiran Karl Marx (1818-1883), seorang filosofis politik dan revolusionis berkebangsaan Jerman, serta Friedrich Engels (1820-1895), revolusioner ekonomi politik yang juga berkebangsaan Jerman. Mereka berdua membangun suatu pemikiran politik yang mereka sebut sebagai sosialisme ilmiah yang kemudian dipahami sebagai komunisme. Pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engels menempatkan landasan konseptual terhadap revolusi dan rezim komunis pada abad ke-20. Pada tahun 1847 mereka bergabung dalam kelompok kecil pemimpin kelas pekerja dalam Liga Komunis yang tak lama kemudian mereka diminta untuk merombak ulang program kelompok tersebut. Dalam Communist Manifesto (1848) Marx dan Engels meleburkan semua pembaharuan yang terjadi sebelumnya yang disebut sebagai sosialis utopian, mengklaim bahwa harapan mereka terhadap properti komunal tidak akan dapat dicapai dalam masyarakat kapitalistik. Marx dan Engels mendorong para pekerja di dunia untuk bersatu dalam mencapai sosialisme ilmiah, atau komunisme. Berawal dari teori filosofis Jerman Georg Wilhelm Friedrich Hegel, mereka mengumumkan komunisme sebagai teori yang tidak sentimental yang berasal dari hukum kekal dari sejarah.
Para pendukung Marxis memandang sistem internasional sebagai sistem kapitalis terintegrasi yang mengejar akumulasi modal. Periode kolonialisme membawa masuk berbagai sumber daya untuk bahan-bahan mentah dan pasar-pasar yang pasti (captive markets) untuk ekspor, sementara dekolonisasi membawa masuk kesempatan baru dalam bentuk dependensi (ketergantungan).
Teori Marxisme menolak akan pandangan kaum Liberalis dan Realis yang lebih mengutamakan aspek politik daripada aspek ekonomi. Hal ini dikarenakan fokus utama Marxisme adalah aspek ekonomi, sedangkan Realisme dan Liberalisme lebih fokus pada konflik dan kerja sama antar negara. Dalam hubungan antara ekonomi dan politik, kaum Marxis sepakat dengan kaum Merkantilis bahwa politik dan ekonomi sangat berkaitan. Keduanya menolak pandangan kaum liberal tentang ekonomi otonom dimana sistem ekonomi dapat berjalan dengan hukumnya sendiri tanpa campur tangan politik. Mereka juga menolak pandangan kaum realis dimana politik yang mempengaruhi ekonomi. Tetapi sementara kaum merkantilis melihat ekonomi sebagai alat politik, kaum marxis menempatkan ekonomi pertama dan politik yang kedua, yakni ekonomi yang mempengaruhi politik. Marxisme juga menolak pandangan kaum Realis dan Liberalis mengenai relasi antar negara, dimana kaum realis memandang hubungan internasional sebagai zero-sum game (win-lose) dan kaum liberalis yang memandang hubungan internasional sebagai positive-sum gam (win-win). Menurut pandangan Marxisme, setiap hubungan relasional pasti konfliktual. Lebih spesifik lagi, Marx menyatakan bahwa dalam sistem internasional selalu terjadi konflik antar kelas. Hal ini menunjukkan bahwa Marx menspesifikasi aktor-aktor dalam hubungan internasional dalam kelas bourgeoisie dan kelas proletariat, dimana terdapat hubungan interdependensi antar kelas, sehingga konflik antar kelas tidak dapat dihindari yang dikarenakan kesenjangan antara kelas bourgeoisie dengan kelas proletariat.
Marx mengakui bahwa eksploitasi terhadap kaum pekerja oleh kaum kapital adalah sesuatu yang tak terhindarkan. Menurutnya, hal tersebut merupakan salah satu wujud relasi interdepensi antar kelas sosial. Hubungan antar kelas dalam sistem sosial, menurut Marx, akan berlangsung secara harmonis apabila terjadi konflik antar kelas di dalamnya. Masih menurut pemikiran Marx, konflik yang dikarenakan eksploitasi kelas proletariat oleh kelas bourgeoisie tersebut akan memicu timbulnya aksi dan reaksi antar kelas yang disebutnya sebagai harmonisasi relasi antar kelas sosial.
Impian kaum Marxism adalah penghapusan kelas-kelas dalam sistem sosial maupun sistem internasional. Menurut mereka, satu-satunya cara untuk menghilangkan konflik antar kelas adalah dengan cara peleburan antara kedua kelas tersebut sehingga kesenjangan antara kedua kelas dapat dihilangkan. Pada negara-negara yang menganut konsep Marxisme (yang kemudian disebut dengan sistem komunis Marxis), hal ini direalisasikan dengan, misalnya, pengalihan kepemilikan faktor produksi dari individu dan swasta ke pemerintah serta pemerataan pendapatan masing-masing warga negara.
Pemikiran Marxisme ini muncul pada kondisi industrialisasi, dimana terdapat pembagian struktur masyarakat dalam dua kelompok, yakni kelompok pemilik modal dan kelompok pekerja. Teori ini mengasumsikan bahwa dalam sistem sosial aktor-aktor yang terlibat di dalamnya terbagi dalam dua kelas, yakni kelas bourgeoisie dan kelas proletariat. Kelas bourgeoisie merupakan kalangan yang memiliki faktor produksi, sedangkan kelas proletariat merupakan kalangan yang memiliki hasil produksi. Berbeda dengan kaum liberalis yang lebih memfokuskan perhatian pada kaum kapital, maka kaum sosialis lebih memfokuskan perhatian pada kaum pekerja. Menurut pandangan kaum sosialis, sistem perekonomian sangat bergantung pada kaum proletariat sebagai pemilik SDM. Asumsi mereka, apabila kelas proletariat membatasi hasil produksi mereka maka kegiatan produksi milik kelas bourgeoisie tidak akan berjalan. Sehingga dalam kondisi seperti ini, kaum proletariat memgang kendali atas sistem perekonomian.
Dasar pemikiran Karl Marx mengenai pembagian kelas tersebut dalam hubungan internasional juga diimplementasikan dalam sistem internasional. Negara-negara maju dimana dalam sistem internasional merupakan negara yang kuat dan berkuasa disebut negara core dan negara berkembang disebut negara periphery. Fenomena kesenjangan antara negara core dengan negara periphery disebut dengan istilah comparative gain (menurut kaum kapitalis) atau absolute gain (menurut kaum marxis). Dari sudut pandang kaum liberalis, comparative gain dipandang sebagai keuntungan kolektif yang timbul karena adanya hubungan interdependensi antar negara. Namun kaum marxisme memandang fenomena tersebut sebagai absolute gain dimana relasi interdependensi antar negara diwujudkan dalam bentuk yang eksploitatif secara halus oleh negara core terhadap negara periphery.

Strukturalisme (neo-Marxisme) muncul dikarenakan banyaknya kritik yang ditujukan terhadap pemikiran Marxis. Kritik tersdebut terutama datang dari kalangan Realis. Menurut kaum Realis, kalangan Marxis mengabaikan peranan negara yang krusial, baik secara defensif maupun ofensif. Kaum Realis memandang bahwa negara merupakan satu-satunya institusi legal yang dapat melindungi individu terhadap berbagai ancaman dari luar dirinya dikarenakan negara memiliki otoritasi berupa hukum dan kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah untuk mengikat dan melindungi individu yang ada didalamnya.
Selain dari kalangan Realis, kritik terhadap pemikiran Marxis ini juga muncul dari critical theory dari Frankfurt School dimana dipelopori oleh Habermas. Menurutnya, keadaan manusia dikembangkan dengan kemampuan etis dalam menciptakan tatanan masyarakat yang bermartabat. Dengan berlandaskan pemikiran ini kemudian muncul pembaharuan dari perspektif Marxisme yang kemudian dikenal dengan istilah Neo-marxisme.
Yang membedakan Strukturalisme dengan pendahulunya adalah unsur-unsur konseptual dan sistematis mengenai konsep klasifikasi kelas dan pemerataan distribusi. Pada perspektif Strukturalisme ini sistem klasifikasi tidak hanya diterapkan pada sistem sosial tetapi juga sistem internasional. Karenanya perspektif ini memiliki peranan dalam munculnya teori dependensi dan teori sistem dunia ala Wallerstein. Teori dependensi membagi negara-negara di dunia dalam dua kubu yaitu negara maju dan negara dunia ketiga. Hubungan kedua negara tersebut konfliktual dan interdependensi dimana hegemoni negara maju tidak dapat dihindari karena negara maju membutuhkan adanya negara dunia ketiga untuk menunjukkan kekuasaannya, sedangkan negara dunia ketiga tidak memiliki keberdayaan untuk melepaskan diri dari ketergantungannya terhadap negara maju. Konsep teori dependensi ini kemudian diadopsi oleh Wallerstein dimana negara maju disebut dengan negara core sedangkan negara dunia ketiga disebut dengan negara periphery.
Teori sistem dunia ala Wallerstein ini merupakan penerapan klasifikasi negara-negara di lingkup internasional dimana negara core merupakan negara pemilik kapital, dominan hasil produksi dan penguasa modal. Negara semi-periphery merupakan negara yang berperan untuk menjaga keseimbangan antara negara core dengan negara periphery, sedangkan negara periphery merupakan negara pemilik raw material yang biasanya menjadi objek eksploitasi negara core.

Kesimpulan dan Kritik terhadap Marxisme dan Strukturalisme

Pada intinya, kaum Marxis serta kaum Strukturalis memandang adanya pembagian aktor-aktor, baik dalam sistem sosial maupun sistem internasional, dalam dua kelompok dimana hubungan antara kedua kelas tersebut berlangsung konfliktual dan cenderung eksploitatif. Relasi antar kelas tidak pernah terjalin secara damai dikarenakan adanya eksploitasi tersebut. Sistem internasional dipandang kaum Marxis sebagai absolute gain dimana selalu terjadi upaya eksploitasi terselubung terhadap negara berkembang. Impian kaum Marxis mengenai pemerataan tidak akan terwujud karena akan memicu reaksi chaos. Hal tersebut dikarenakan tidak diakuinya kreativitas individu, penghapusan hak asasi manusia, pembatasan ruang lingkup gerak individu, serta memungkinkan sentralisasi faktor dan hasil produksi pada salah satu pihak dalam pemerintahan. Selain itu kegiatan pemerataan hasil produksi pada kenyataannya bukan malah menjadi solusi kesejahteraan akan tetapi malah menimbulkan hegemoni baru sebab pihak yang bertugas membagi rata hasil produksi tersebut memungkinkan untuk adanya kekuasaan baru di dalam komunitas tersebut. Hal inilah yang tidak akan pernah terjawab oleh konsep ini dikarenakan sistem ala Marxis ini tidak akan menimbulkan situasi damai yang permanen terutama jika diterapkan di lingkup negara.
Konsep Marxism yang sebenarnya menghendaki kebebasan sepenuhnya terhadap individu, dimana tidak ada yang memimpin dan yang dipimpin, kemudian dibelokkan oleh negara-negara yang menggunakan konsep komunis Marxis dalam sistem politik dan pemerintahan mereka. Negara-negara tersebut (mis. Rusia dan Cina) kemudian memiliki satu orang pemimpin yang sangat berkuasa dan memiliki absolute power dimana pemimpin tersebut mengatur jalannya sistem kenegaraan mereka dan memiliki pemahaman sendiri mengenai konsep komunis Marxis (mis. Leninisme, Stalinisme, Maoisme).
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: PEMBARUAN TERHADAP MARXISME
Ditulis oleh Bagio
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://gioakram13.blogspot.com/2013/05/pembaruan-terhadap-marxisme.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar